Sandera dalam Kondisi Sakit, Istri ABK Dimintai Uang Tebusan 250 Juta Peso
Sudah 40 hari lamanya, tujuh anak buah kapal (ABK) Tug Boat Charles 00 menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Sudah 40 hari lamanya, tujuh anak buah kapal (ABK) Tug Boat (TB) Charles 00 menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di perairan Filipina Selatan.
Hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai pembebasan kru kapal tersebut, bahkan beredar kabar jika kondisi tujuh ABK tersebut sedang dalam keadaan tidak baik alias sakit.
Penyanderaan kali ini menjadi yang terlama dibandingkan dengan dua kasus penyanderaan sebelumnya, yakni ABK TB Brahma 12 disandera selama 37 hari, sedangkan ABK TB Henry selama 26 hari. Pelakunya sama, yakni kelompok Abu Sayyaf.
Kekalutan keluarga semakin menjadi-jadi setelah terdapat 3 warga negara Indonesia lainnya menyusul menjadi sandera Abu Sayyaf. Hal ini membuat keluarga semakin bertanya-tanya mengenai peran pemerintah dalam melakukan pembebasan para sandera.
Pihak keluarga yang rata-rata tinggal di Samarinda, Kaltim hendak berangkat ke Jakarta bergabung dengan crisis centre, guna mendapatkan informasi langsung dari pemerintah pusat.
Mereka ingin memastikan jika pemerintah berupaya keras untuk membebaskan sanak keluarganya tersebut.
Hal lain yang mendorong keluarga sandera berangkat ke Jakarta guna menekan pemerintah untuk segera membebaskan sandera, yakni karena pihak penyandera beberapa hari terakhir sangat intens menghubungi keluarga, terutama Dian Megawati Ahmad, istri dari Ismail, nakhoda kapal TB Charles.
Penyandera kerap meminta untuk menekan perusahaan maupun pemerintah segera membayar tebusan yang dimintai, yakni uang senilai 250 juta Peso untuk 4 ABK, yakni Ismail, M Natsir, Robin Piter dan M Sofyan, sedangkan 3 ABK lainnya tidak diketahui bersama dengan kelompok mana.
Kamis (28/7/2016) lalu, Mega kembali dihubungi oleh penyandera. Selain meminta untuk segera melakukan pembayaran tebusan, penyandera juga memberikan kesempatan selama kurang lebih 15 menit untuk berbicara dengan suaminya dan 3 ABK lainnya.
"Mereka awalnya minta telepon balik, tapi setiap saya menghubungi kembali selalu sibuk, dan akhirnya sekitar pukul 10.30 Wita, mereka menghubungi saya lagi," tutur Mega sambil berlinangan air mata, Sabtu (30/7/2016).
Selain mereka minta untuk segera lakukan pembayaran, pihak keluarga juga diberi kesempatan berbicara dengan suami dan ABK lainnya.
"Mbak Elona juga sempat berbicara dengan suaminya Robin Piter," tuturnya.
Mega menceritakan, kondisi 4 ABK dalam keadaan sangat tidak baik. Hal itu diketahui melalui nada suaranya. Mega mengetahui, rata-rata orang yang kerja di kapal itu memiliki suara nyaring dan lantang.
Namun, kali ini seluruh ABK termasuk suaminya terdengar sangat lemah, bahkan M Natsir diketahui mengalami infeksi di kaki. Selama ini mereka selalu berpindah-pindah dengan tidak menggunakan alas kaki.
"Mereka semua sakit, suara mereka sangat lemah, M Natsir kakinya terkena infeksi. Mereka semua sudah tidak tahan lagi dan minta untuk segera dibebaskan, mereka minta kepada pemerintah membayar saja, agar mereka bisa bebas," urai ibu satu anak itu kepada Tribun Kaltim (Tribunnews.com Network).
Mega menjelaskan, dalam kondisi sedang tersandera, suaminya masih sempat menanyakan kondisi anaknya, orangtuanya di Maros dan juga menanyakan kondisi keuangan Mega selama ditinggal dirinya.
Hal itulah yang semakin membuat Mega bersedih dan tidak bisa menahan tangisnya, saat menceritakan percakapan tersebut kepada awak media.
"Saya ungkapkan kepada dia dan ABK lainnya, kalau kami di Indonesia sangat berupaya keras bisa membebaskan semua sandera. Suami saya sempat tanya keadaan anak, orangtua hingga tanya keuangan saya. Saya bilang kepada dia untuk tidak usah memikirkan kami di sini," ungkap wanita lulusan SI Teknik Elektro tersebut.
Pakai Bahasa Inggris
Selama ini, penyandera selalu menghubungi nomor handphone Mega menggunakan nomor Filipina dan selalu berganti-ganti nomor.
Selama berkomunikasi, penyandera selalu menggunakan bahasa Inggris dan tidak pernah menggunakan bahasa Filipina maupun bahasa Melayu. Untungnya saja, Mega yang selama ini bekerja di perusahaan telekomunikasi dapat memahami dan berkomunikasi dengan baik menggunakan bahasa Inggris.
"Selalu menghubungi saya dengan nomor berbeda-beda, dan selalu menggunakan bahasa Inggris. Saya memang sedikit paham dan bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris, jadi saya paham apa yang mereka maksud," ungkapnya.
Elona, istri Robin Piter menambahkan, selama beberapa menit berkomunikasi dengan suminya, dia mendengar ada suara ayam dan percakapan orang banyak, seperti berada di tengah perkampungan.
Kondisi lemahnya 4 ABK tersebut dikarenakan selama ini mereka hanya konsumsi singkong dengan kelapa.
"Sepertinya mereka sedang di perkampungan. Jelas saja mereka lemas dan sakit, karena selama ini mereka hanya makan singkong dan kelapa. Saya mohon saja kepada pemerintah untuk segera mengambil tindakan," ujarnya. (cde)