Bupati Bogor Geram, Minta Tukang Cukur di Puncak Segera Ditangkap, Ini Alasannya
Nurhayanti geram setelah mendengar kabar soal imigran gelap yang membuka usaha di Kawasan Wisata Puncak
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartwan TribunnewsBogor.com, Damanhuri
TRIBUNNEWSBOGOR.COM, CISARUA - Bupati Bogor, Nurhayanti geram setelah mendengar kabar soal imigran gelap yang membuka usaha di Kawasan Wisata Puncak, Kabupaten Bogor.
Pasalnya, para pencari suaka tersebut membuka usaha salon cukur rambut di wilayah Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Kini, tempat usaha pangkas rambut itu tengah menjamur di sisi jalan menuju ke Puncak.
Nurhyanti mengatakan, imigran yang saat ini berada dikawasan puncak Bogor itu merupakan imigran madiri yang berasal dari daerah konflik.
"Imigran ini memang masih menjadi urusan pusat dan belum disertahkan ke daerah. Tapi dampaknya terhadap Kabupaten bogor," kata Bupati di Cibinong.
Menurutnya, para imigran ini tidak boleh membuka usaha maupun bekerja di Kabupaten Bogor.
"Dia (Imigran,red) tidak boleh melakukan aktivitas usaha dan bekerja di sini. Tapi kenyataannya ada yang buka salon potong rambut," cetus mantan Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor.
Dirinya juga meminta pihak Imigrasi Bogor untuk menertibkan para imigran gelap termasuk yang membuka usaha cukur rambut yang berada di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
"Imigrasi harus melakukan operasi senyap, agar saat penggerebekan tidak bocor. Kami juga sudah membentuk tim pengawasan orang asing (Timpora) dikawasan Puncak," kata dia setelah rapat bersama Forum Komunikasi Daerah di Pendopo Bupati pada kamis (4/8/2016).
Sementara itu, Kepala Kantor Imigrasi Bogor, Herman Lukman mengatakan, saat ini ada sekitar 1.449 imigran yang terdata di kantor Imigrasi Bogor.
Herman menambahkan, di wilayah Kecamatan Cisarua ada lima titik tempat usaha salon potong rambut yang sudah menjadi incarannya.
“Setiap salon sekitar ada tiga imigran yang bekerja di sana. Kemarin malam kami operasi, tapi bocor. Makanya tadi dapat perintah dari bupati supaya imigrasi jalan sendiri tanpa melibatkan instansi lain,” tuturnya.
Sejauh ini, sambung Herman, sudah lima orang imigran ditangkap dan diserahkan ke Rudenim.