Detik-detik Brigadir Medi Menghilangkan Jejak Pembunuhan Anggota DPRD Lampung
Pada pra rekonstruksi ini tergambar cara Medi menghilangkan jejak usai membuang mayat Pansor di Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur.
Penulis: Wakos Reza Gautama
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Wakos Gautama
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Polda Lampung menggelar pra rekonstruksi lanjutan kasus mutilasi anggota DPRD Bandar Lampung M Pansor, Kamis (4/8/2016).
Pra rekonstruksi bagian dua ini menggambarkan kronologis pascapembuangan mayat Pansor.
Ada 50 adegan yang diperagakan pada pra rekonstruksi ini. Semua adegan diperagakan oleh tersangka Tarmidi (sebelumnya ditulis Tarmizi). Sementara tersangka Brigadir Medi tidak ikut memeragakan adegan.
Medi dibawa pada pra rekonstruksi namun hanya ada di dalam mobil. Peran Medi digantikan oleh anggota polisi. Selain penyidik, pra rekonstruksi juga dihadiri tim kuasa hukum Medi yaitu Budiono.
Catatan Tribun Lampung (Tribunnews.com Network), ada 10 tempat yang dijadikan lokasi pra rekontruksi.
Dimulai dari Polresta Bandar Lampung, Rumah Sakit Advent, cucian mobil Soponyono, jalan dekat SMAN 5 Bandar Lampung, perempatan lampu merah cucian Andre, pinggir Jalan Urip Sumoharjo.
Lalu berlanjut ke rumah kakak tersangka Tarmidi di Perumahan BTN 3 Way Halim, pinggir jalan dekat kafe Babe Way Halim, konter HP Cinta Cell di Jalan Ki Maja, dan terakhir di tempat pembuatan plat nomor kendaraan di Jalan Teuku Umar depan kantor PT KAI.
Pada pra rekonstruksi ini tergambar cara Medi menghilangkan jejak usai membuang mayat Pansor di Kecamatan Martapura, Kabupaten OKU Timur, Sumatera Selatan.
Kronologis bermula ketika Medi dan Tarmidi membuang mayat Pansor.
Dalam perjalanan pulang mengendarai mobil Pansor, tepatnya di daerah Bukit Kemuning, Lampung Utara, Medi menanyakan ke Tarmidi apakah ingin tahu yang dibuang olehnya. Tarmidi menjawab ingin tahu. Namun Medi tidak memberitahu dengan alasan nanti Tarmidi takut kalau tahu.
Sampai di Gunung Sugih, Lampung Tengah, Medi memberitahu ke Tarmidi bahwa yang dibuangnya adalah mayat orang. Tarmidi sempat menanyakan siapa orang tersebut. Medi mengatakan, Tarmidi tak usah banyak tahu.
Mereka lalu sampai di depan markas Polresta Bandar Lampung. Medi turun dari mobil meminta Tarmidi mencuci mobil Pansor. Medi masuk ke dalam kamar mandi masjid samping Polresta Bandar Lampung berganti pakaian untuk mengikuti apel pagi.
Tarmidi membawa mobil Pansor ke cucian mobil Soponyono di Jalan Soekarno Hatta. Pada saat di tempat cucian mobil, Medi menelepon Tarmidi meminta mengecek apakah ada peluru atau lubang bekas peluru di mobil tersebut.
Tarmidi melihat lubang sebesar ujung jari telunjuk di kursi samping sopir. Di mobil itu juga, terdapat bercak darah di rem tangan, jok sebelah kiri sopir, perseneling, pintu kiri dekat speaker dan di bagian bawah karpet. Namun tidak ditemukan peluru atau proyektil di dalam mobil.
Tarmidi menghubungi Medi memberitahu tidak ada peluru atau proyektil di dalam mobil. Medi lalu berpesan kepada Tarmidi jika ada yang menanyakan darah di mobil, bilang saja habis dipakai anggota polisi.
Pada adegan pra rekonstruksi itu, ada seorang saksi pencuci mobil yang menanyakan tentang darah di mobil. Sesuai arahan Medi, Tarmidi menjawab bahwa mobil tersebut habis dipakai anggota polisi.
Medi kemudian menyuruh Tarmidi memarkirkan mobil Pansor di Rumah Sakit Advent. Tarmidi melaksanakan perintah tersebut.
Usai memarkirkan mobil Pansor di lantai paling atas Rumah Sakit Advent, Tarmidi pulang ke rumah kakaknya naik mobil angkot.
Siang harinya, Medi menelepon Tarmidi meminta datang ke Polresta Bandar Lampung. Medi juga menyuruh Tarmidi membeli telepon seluler yang harganya Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu. Tarmidi membeli ponsel Nokia di Cinta Cell.
Sampai di Polresta Bandar Lampung, mereka bertemu di depan ruang Unit Laka Lantas. Pada saat itu ada saksi Fahrizal yang melihat Tarmidi dan Medi. Medi memijam helm Fahrizal. Setelah itu, Medi dan Tarmidi pergi mengendarai sepeda motor Honda Beat milik Medi.
Kedua tersangka menuju sebuah tempat pembuatan pelat nomor kendaraan di Jalan Teuku Umar. Pelat palsu tersebut digunakan untuk mengganti pelat yang ada di mobil Pansor. Mereka lalu ke Jalan Soekarno Hatta depan SMAN 5 Bandar Lampung.
Di tempat itu, Medi menghancurkan ponsel blackberry milik Pansor menggunakan batu. Sedangkan sim card milik Pansor tidak ikut dihancurkan. Sim card tersebut Medi taruh di ponsel Nokia yang dibeli Tarmidi.
Mereka lalu menuju ke perempatan lampu merah cucian Andre, Tanjungkarang Timur. Medi turun dari motor berjalan menuju lampu merah. Medi lalu membuang ponsel Nokia yang berisi sim card Pansor ke bak mobil truk yang melintas di jalan tersebut.
Medi dan Tarmidi pulang ke rumah Medi. Tarmidi lalu pulang ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang, di Jalan Urip Sumoharjo, Tarmidi membuang sim card miliknya.
Beberapa hari kemudian, Tarmidi sempat membuat rekening di BRI yang terletak di Polresta Bandar Lampung.
Rekening itu dipakai untuk menampung uang hasil penjualan mobil Pansor. Tarmidi dan Medi pergi ke Jakarta untuk menjual mobil Pansor. Selama dalam perjalanan, mereka menggunakan pelat nomor kendaraan palsu.