Bayi Berkepala Dua Asal Gresik Hanya Punya Satu Jantung
Bayi berkepala dua kelahiran Gresik memiliki satu jantung, paru-paru dan satu anus.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, M Taufik
SURYA.CO.ID, GRESIK – Di sejumlah negara ada bayi yang terlahir berkepala dua, mampu hidup hingga dewasa. Peluang itu ada untuk bayi berkepala dua asal Gresik.
Tapi sejauh ini dokter menyebut peluang putri kedua pasangan suami istri Dianto-Sri Wahyuni tersebut kecil. Meski kondisi keduanya sudah membaik.
“Seperti pada umumnya, kondisi bayi itu bisa memburuk dan membaik dalam hitungan menit ke jam. Tapi sejauh ini, kondisinya memang bagus,” kata dokter Wiweka Marbawani di RSUD Ibnu Sina Gresik, Rabu (10/8/2016) siang.
Ia menjelaskan kelahiran anak suami istri yang tinggal di Kelurahan Indro, Kecamatan Kebomas, Gresik, secara medis disebut dicephalic parapagus, yakni bayi yang lahir dengan satu tubuh namun dua kepala. Bayi ini memiliki satu badan dengan satu jantung, satu paru-paru dan satu dubur, tapi kepalanya dua.
“Ini bukan kembar siam seperti pada umumnya. Di Rumah Sakit Ibnu Sina, ini yang pertama. Demikian halnya dari hasil koordinasi dengan RSUD Dr Soetomo, dari enam kembar siam yang ditangani di sana, juga ini yang pertama kali,” papar dokter berjilbab tersebut.
Ditanya tentang dugaan penyebab terjadinya bayi kembar siam atau yang seperti ini, pihaknya juga mengaku tidak mengetahui secara pasti.
Apalagi, bayi dua kepala tersebut terbilang terlambat diketahui kondisinya karena sejak berada di dalam kandungan tidak pernah di-USG (ultrasonografi).
Bayi yang lahir pada Selasa (9/8/2016) pukul 08.27 WIB itu terus mendapat perhatian serius tim dokter.
Sejauh ini hanya bisa dilakukan monitoring dan perawatan untuk pertolongan sementara sambil terus berkoordinasi dengan RSUD Dr Soetomo Surabaya.
“Pihak RSUD Dr Soetomo, tidak menyarankan dirujuk ke sana. Dan memang bayi dicephalic parapagus tidak bisa dilakukan operasi pemisahan. Karena kepalanya ada dua, tapi hanya satu tubuh,” sambung Wiweka.
Peluang hidup bayi ini kecil. Ia sempat menyebut peluang bayi yang hingga hari kedua belum sempat merasakan air susu ibunya ini hanya sekitar satu persen.
Tapi namanya juga hidup, semua tetap apa kata Tuhan. Bayi yang terlihat sangat sehat saja, tidak menutup kemungkinan meninggal dunia.
“Kami hanya bisa berusaha maksimal untuk melakukan perawatan,” ujar Direktur Utama RSUD Ibnu Sina dr Endang Puspitowati.
Endang menyatakan secara keseluruhan kondisi bayi stabil, meski masih harus mendapat bantuan pernafasan dari tabung oksiken. Dibanding hari pertama kelahirannya, keadaan sang bayi juga lebih baik.
Selain menunggu konfirmasi dari RSUD Dr Soetomo dan terus berkoordinasi terkait langkah penanganan bayi ini, pihaknya juga menyerahkan ke orangtua bayi. Ingin terus dirawat di RSUD Ibnu Sina atau minta dirujuk ke Surabaya.