Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hadiri Karnaval Presiden Jokowi Kenakan Ulos Ragidup Sirara

Presiden Joko Widodo direncanakan akan menggunakan Ulos Ragidup Sirara. Sedangkan Ibu Iriana Joko Widodo memakai Ulos Tum-tuman.

Penulis: Jefri Susetio
Editor: Dewi Agustina
zoom-in Hadiri Karnaval Presiden Jokowi Kenakan Ulos Ragidup Sirara
Tribun Medan/Riski Cahyadi
Anggota DPR Maruarar Sirait mendampingi Presiden Joko Widodo, sebelum naik ke atas kapal yang membawa ke Pulau Samosir, di Hotel Inna Parapat, Minggu (21/8/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio

TRIBUNNEWS.COM, BALIGE - Ketua Panitia Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba, Premita Fifi mengatakan, Presiden Joko Widodo direncanakan akan menggunakan Ulos Ragidup Sirara. Sedangkan Ibu Iriana Joko Widodo memakai Ulos Tum-tuman.

"Saat menghadiri karnaval Presiden gunakan Ulos Ragidup Sirara yang biasa diperuntukkan bagi kaum bapak, pribadi yang terhormat atau para raja. Kalau Ibu Iriana mengenakan Ulos Tum-tuman. Motif ulos sudah langka dan digunakan kaum ibu," katanya di media center Karnaval, Balige, Toba Samosir, Minggu (21/8/2016).

Selain itu kata dia, dalam acara itu, ada pertunjukan Tari Lima Puak dari lima subetnik Batak. Sebutan tari tersebut muncul dari tradisi opera Batak yang sudah ada sejak 1920-an. Adapun rangkaiannya Tari Toba, Simalungun, Mandailing, Karo dan Pakpak.

"Dengan ciri khas kostum masing-masing, penampilan Tari Lima Puak dilengkapi dengan pola-pola musikal. Disamping itu, perbedaan-perbedaan tidak bisa dilupakan adanya persamaan di antara lima puak itu," ujarnya.

Setelah itu, pertunjukan dilanjutkan dengan tari 9 cawan dari Yayasan Pusuk Bukit. Bagi masyarakat Batak Toba Cawan disebut Saon.

"Tari Cawan terjemahan Tortor Saon. Cawan merupakan wadah dalam dunia pengobatan dan ritual, ke dalam cawan dicampurkan air dengan jeruk purut agar jadi air suci atau pangurason. Air suci dipercikkan kepada orang yang membutuhkan kesembuhan batin dan fisik," katanya.

Berita Rekomendasi

Ia menjelaskan, pertunjukan ditutup dengan Koor Ama Balige yang akan menyanyikan Sik-Sik Sibatumanikam. Koor Ama hanya beranggotakan para bapak. Adanya minat bernyanyi yang tinggi, muncul banyak kelompok paduan suara.

"Satu gereja bisa ada lebih 10 paduan suara yang aktif. Sik-sik Sibatumanikam merupakan refrain dengan syair berupa pantun. Frasa tidak bermakna, hanya merupakan tiruan bunyi (onomatope) terutama untuk ujaran sik-sik," ungkapnya. (tio/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas