Dekan Sekolah Farmasi ITB Sebut Industri Farmasi Harus Kuat
Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) terus melakukan inovasi untuk pengembangan obat.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) terus melakukan inovasi untuk pengembangan obat.
Hal itu untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia yang terancam dengan produk obat dari luar negeri.
“Sebanyak 600 juta penduduk negara Asia Tenggara itu hampir separuhnya ada di Indonesia. Kalau kita tidak kuat di industri farmasi, maka akan banyak terima produk dari luar Indonesia di era MEA ini,” kata Dekan Sekolah Farmasi ITB, Daryono Hadi, Tjahjono, di Hotel Harris, Jalan Ciumbeuleuit, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Kamis (1/9/2016).
Dikatakan Daryono, saingan terdekat Indonesia dalam industri farmasi, yaitu Thailand.
Menurutnya, industri farmasi di Thailand sudah berjalan dan mapan sejak 1970 seperti halnya di Indonesia.
Thailand, kata dia, ancaman bagi industri farmasi di Indonesia jika tak melakukan inovasi.
“Makanya harus kompetitif dengan menghasilkan produk inovatif, tidak hanya murah tapi juga harus bagus sehingga bisa bersaing,” kata Daryono.
Meski begitu, kata Daryono, masyarakat Indonesia juga harus mencintai produk dalam negeri yang merupakan hasil karya anak bangsa.
Sebab diakui jika karakter masyarakat Indonesia justru lebih suka menggunakan produk luar negeri meski kualitasnya sama maupun lebih baik.
“Vaksin misalnya, produk dalam negeri sendiri sudah suplai ke 125 negara, tapi kan orang kita itu itu tetap suka harga yang mahal. Sebenarnya obat (produk dalam negeri) yang dirilis ke pasar itu sudah memenuhi persyaratan, jadi dengan produk luar negeri itu sebanding,” kata Daryono.
Dikatakan Daryono, pihaknya sendiri telah melakukan ratusan riset untuk pengembangan obat.
Beberapa hasil riset itu pun telah digunakan sejumlah industri farmasi di Indonesia untuk menjadi produk.
“Sekarang kami tidak hanya obat cemical, tapi sudah kami kembangkan herbal medicine fitofarmaka, dan mulai mengarah ke riset Biopharmaceutical meskipun harus menggunakan tenologi canggih. Riset Biopharmaceutical yang dilakukan sendiri masih sebatas pengembangan produk,” kata Daryono. (cis)