Presiden Jokowi Apresiasi Alumni Pondok Gontor Mampu Bersaing
Presiden Joko Widodo mengapresiasi kiprah dan perjalanan Pondok Modern Darussalam Gontor sampai usianya menginjak 90 tahun.
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, GONTOR - Presiden Joko Widodo mengapresiasi kiprah dan perjalanan Pondok Modern Darussalam Gontor sampai usianya menginjak 90 tahun. Selama itu alumni Gontor sudah berkontribusi di semua level.
"Saya bangga, artinya dari sisi persaingan sudah ditujunkkan bahwa alumni dari Pondok Pesantren Gontor bisa bersaing dengan yang lainnya," ujar Presiden Jokowi dalam sambutannya di acara Resepsi Kesyukuran Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam di Balai Pendidikan Pondok Modern, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, Senin (19/9/2016).
Presiden Jokowi mencontohkan salah satu alumnus Pondok Modern Gontor yang duduk di eksekutif adalah Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin. Selain dia ada juga Wakil Menteri Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir.
"Inilah sebuah kualitas, yang saya ingin dijaga, diperbaiki, sehingga persaingan antarnegara bisa kita menangkan," Presiden Jokowi menambahkan.
Apa yang disampaikan Presiden Jokowi menyinggung sumber daya manusia Indonesia menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang terdiri dari 10 negara dan sudah dimulai sejak Januari 2016.
Ketika batas negara sudah tidak ada lagi sejak berlakunya MEA, negara lain bisa membuka usaha di Indonesia, sebaliknya orang Indonesia di negara anggota ASEAN lainnya.
Presiden Jokowi mengingatkan Indonesia sudah mulai harus bersaing dengan negara lain siap atau tidak siap, meski setengah tahun telah berjalan belum dirasakan pergerakan mobilitas orang dan barang.
"Pergerakan tidak ada tapi pada saatnya kita baru sadar, bahwa loh kok banyak orang Thailand di Indonesia, loh kok banyak orang Singapura di Ponorogo. Mungkin kita akan terkaget-kaget," Presiden Jokowi mencontohkan.
"Begitu kita lengah daya saing kita habis. Inilah keterbukaan yang tidak bisa kita tolak lagi, tidak bisa kita hambat-hambat. Kalau kita menghambat berarti kita menutup diri. Begitu kita menutup diri berarti kita diblok negara yang lain. Kita tidak bisa berjualan ke sana, kita tidak bisa ekspor ke sana dan akhirnya menjadi negara yang tertutup."
Konsekuensi berlakunya MEA, Indonesia dituntut mempersiapkan sumber daya manusia maupun produk-produknya.