Kesaksian Mengejutkan Mantan Murid Dimas Kanjeng
Dia menyatakan jumlah pengikut di Kota Santri itu mencapai sekitar 3.700 orang yang berasal dari berbagai kalangan.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, SITUBONDO — Pengakuan mengejutkan datang dari mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Situbondo, Jawa Timur.
Dia menyatakan jumlah pengikut di Kota Santri itu mencapai sekitar 3.700 orang yang berasal dari berbagai kalangan.
"Ribuan pengikut Dimas Kanjeng di Situbondo yang saya tahu dari berbagai kalangan, mulai dari anggota TNI, anggota Polri, purnawirawan, pekerja swasta, PNS, dan mantan anggota DPRD Situbondo," kata Junaedi, mantan pengikut Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, di Situbondo, Kamis (6/10/2016).
Ia mengaku sudah bergabung dengan Dimas Kanjeng sejak tahun 2011 atau setelah satu tahun korban pembunuhan Ismail Hidayah bergabung menjadi pengikut padepokan yang ada di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, itu.
Junaedi menceritakan, selama menjadi pengikut Taat Pribadi yang kini telah menjadi tersangka otak pembunuhan dan penggelapan dengan modus penggandaan uang kepada pengikutnya itu, kerap juga mengikuti pengajian di Padepokan Dimas Kanjeng sehingga mengetahui warga Situbondo saja yang juga menjadi pengikut Dimas Kanjeng.
"Saya akui teperdaya dengan tipu-tipu yang dilakukan Taat Pribadi dan menjanjikan uang yang saya setor sebanyak Rp 205 juta sebagai mahar bisa digandakan, tetapi ternyata itu bohong," katanya.
Ia sudah mulai curiga tertipu sejak 2014.
Oleh karena itu, pria yang juga menjadi Ketua LSM Gempur Situbondo itu berusaha mengundurkan diri menjadi pengikut Padepokan Dimas Kanjeng.
Uang mahar yang diberikan oleh ribuan orang pengikut Dimas Kanjeng di Situbondo, lanjut dia, jumlahnya bervariasi, mulai dari Rp 1 juta hingga ratusan juta rupiah.
"Kalau korban penipuan Dimas Kanjeng yang melapor ke Polres Probolinggo hanya ada empat orang, yang lainnya tidak melapor itu ada dua kemungkinan, bisa karena malu dan juga karena takut," ucapnya.
Ikhlas demi berguru
Masih teringat jelas, suasana penggerebekan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, 22 September lalu.
Ribuan polisi bersenjata lengkap dan mengenakan rompi anti-peluru turun dari truk polisi. Kendaraan barakuda, mobil taktis, dan water canon disiagakan.
Saat itu, para santri sempat berupaya mencegah polisi menangkap pimpinan mereka. Beberapa saat kemudian, polisi keluar membawa Taat Pribadi, pimpinan padepokan, yang akhirnya ditemukan di sekitar masjid padepokan.