Kesaksian Mengejutkan Mantan Murid Dimas Kanjeng
Dia menyatakan jumlah pengikut di Kota Santri itu mencapai sekitar 3.700 orang yang berasal dari berbagai kalangan.
Editor: Rendy Sadikin
Keesokan harinya, para santri sempat menghalangi pembongkaran portal oleh polisi. Pasca-penangkapan, sekitar 242 santri bertahan di padepokan beralas dan beratap terpal dengan bambu menjadi tiangnya.
Panas dan hujan tak membuat mereka beranjak dari padepokan. Macam-macam alasan mereka.
Seorang santri asal Jawa Tengah yang minta namanya tak disebutkan, mengaku ikhlas tinggal di padepokan karena ingin berguru ke Dimas Kanjeng.
Dia juga mengaku tak ambil pusing bahwa uang Rp 10 juta yang disetorkan ke padepokan tak kembali dan kini pimpinan padepokan ditangkap.
“Saya serahkan uang Rp 10 juta. Saya ikhlas, uang saya digunakan padepokan untuk kebaikan. Anggap saja amal jariyah saja. Saya tidak menuntut uang kembali,” katanya.
Seorang santri lainnya asal Jawa Barat malah mengaku hanya ingin ibadah dan menghabiskan waktu luangnya di padepokan.
Dia mengaku dengan berada di padepokan, hidupnya lebih tenang dan bisa mengamalkan kebaikan melalui uang yang dia sumbangkankan ke Padepokan.
“Tak ada mahar. Saya ikhlas sedekah, supaya bisa digunakan Maha Guru untuk sosial,” ujar mantan pegawai BUMN ini.
Sementara itu, santri asal Lampung mengaku terpaksa tinggal di tenda Padepokan karena sudah kehabisan bekal untuk pulang.
“Kami makan seadanya. Kami masih menunggu kiriman dari saudara agar bisa pulang,” ungkapnya.
Mahaguru yang dermawan
Seorang santri mengatakan, hingga hari ini, Jumat (7/10/2016), aktivitas di padepokan berlangsung seperti biasa sambil menunggu kelanjutan kasus Dimas Kanjeng yang ditahan Polda Jatim.
"Kami tidak mau pulang sebelum ada perintah dari Ketua Yayasan Marwah Daud Ibrahim. Kami yang muslim di sini tetap beribadah seperti biasa, shalat berjamaah lima waktu, mengaji, wiwid dan berkumpul dengan santri lain. Untuk makan sehari-hari kami masak dan beli di warung sekitar," kata santri tersebut.
Santri tersebut menambahkan, Dimas Kanjeng bagi seluruh santri adalah tokoh panutan dan disebut mahaguru.