Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Wahid Institute Gelar Hari Perdamainan Di Kaki Gunung Andong Magelang

Acara ini digelar untuk merayakan dan memperingati Hari Perdamaian Internasional 2016

Editor: Rachmat Hidayat
zoom-in Wahid Institute Gelar Hari Perdamainan Di Kaki Gunung Andong Magelang
ISTIMEWA
Wahid Institute dan Komunitas Lima Gunung menggelar Hari Perdamaian Internasional 2016. 

TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG- Wahid Institute dan Komunitas Lima Gunung menggelar acara di kawasan Gunung Andong, tepatnya di Dusun Mantran Wetan, Desa Girirejo, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah (Kamis, 6/10).Acara ini digelar untuk merayakan dan memperingati Hari Perdamaian Internasional 2016

Selain dihadiri langsung Direktur Wahid Institute Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid alias Yenny Wahid, dalam acara ini hadir banyak tokoh nasional lintas profesi.

Antara lain, politikus muda Maruarar Sirait, seniman Garin Nugroho, Bambang Harimurti, Tanto Mendut, Yoke Darmawan, Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, serta dan perwakilan dari negara sahabat.

Acara ini dikemas dalam pagelaran Centhini Gunung. Menurut Yenny, tokoh perempuan dalam Serat Centhini menginspirasi untuk penyelenggaraan pertunjukan yang kemudian diberi nama "Centhini Gunung".

"Kami juga berharap lebih banyak lagi perempuan yang tergerak untuk membantu memastikan masyarakat hidup dalam suasana ketenteraman, guyup, dan rukun. Perempuan mempunyai peran yang luar biasa untuk itu," kata Yenny yang juga salah satu putri Presiden Ke-5 K.H. Abdurrahman Wahid.

Dalam kesempatan itu Maruarar Sirait mengatakan, semua elemen bangsa harus saling bekerjasama dalam memperjuangkan perdamaian dan pluralisme.

Sehingga keragaman dan kebhinkenaan Indonesia juga akan selalu terjaga dengan baik.

Berita Rekomendasi

"Dari desa ini kita bisa belajar perdamaian. Tadi diceritakan oleh kepala desa bahwa desa ini selalu tenang dan aman," kata Maruarar.

Menurut Marurar, anak-anak bangsa juga bisa belajar dari KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Gur Dur memperjuangkan perdamaian bukan hanya dengan kata-kata, melainkan juga dengan tindakan.

Dalam acara ini, 500 seniman petani dari berbagai grup kesenian melakukan pawai budaya bertajuk "Pluralisme Kirab Gunung."

Berbagai tabuhan alat musik gamelan turut mengiringi kirab budaya dengan berbagai kesenian tradisional, antara lain penari soreng, topeng ireng, jingkrak sundang, warok bocah, dan goh muko.

Puluhan orang lainnya mengusung berbagai tulisan yang intinya tentang pesan perdamaian bagi dunia. Sejumlah seniman dari beberapa kota juga ikut dalam acara yang menjadi bagian dari Borobudur Writers and Cultural Festival (5-8 Oktober 2016).

Kerja sama antara Yayasan Samana, Komunitas Lima Gunung, dan Wahid Institute, dengan tema "Setelah 200 Tahun Serat Centhini: Erotisme dan Religiusitas dalam Kitab-Kitab Nusantara".

Beberapa seniman perempuan kelompok "Centhini Gunung" yang menjadi bagian dari Komunitas Lima Gunung juga ikut diusung dengan tandu lainnya oleh beberapa seniman petani.

Dengan dipandu seorang petani dari Padepokan Warga Budaya Dusun Gejayan, Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis di kawasan Gunung Merbabu, Topik, ratusan seniman menari "Kipi-Kipi" dengan iringan tabuhan musik gamelan dari panggung utama berlatar belakang Gunung Andong.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas