Kisah Kembang Desa yang Otaki Curas Hingga Tewaskan Kekasihnya
Holifah Janah alias Holif (23), perempuan asal Dusun Krajan, Desa Klatakan, Kecamatan Tanggul, Jember terancam menghabiskan waktu di bui
Editor: Sugiyarto
Diakui Halimah, karena hanya lulusan Sekolah Dasar (SD), baik Halimah maupun Holif pun sulit untuk mencari pekerjaan. Menjadi pembantu rumah tangga hingga buruh pabrik di Surabaya pun mereka lakukan.
"Tapi itu nggak lama. Apalagi Holif orangnya gampang bosan. Akhirnya pulang," ujar Halimah.
Sejak kecil, pergaulan Holif pun cenderung bebas. Apalagi, sosok Holif yang lebih menarik dibanding gadis di desanya membuatnya menjadi incaran banyak laki-laki.
"Kalau di rumah sih dia baik. Ke keluarga, ke tetangga. Tapi, kalau di luar (rumah), saya kurang tahu. Banyak sekali pemuda sini yang tertarik dengannya sebelum dia menikah dahulu," lanjut Halimah.
Termasuk dengan rekan Holif yang terlibat di kasus ini, Nurhadi, Didik Mulyono, dan Umi Uhadiyah.
Halimah pun mengaku tak mengenal jauh ketiganya. Sebab, selain Halimah lebih sering berada di rumah, ketiganya juga tak pernah berkunjung ke kediamannya.
Pun begitu pula dengan korban tewas dalam peristiwa pencurian dengan kekerasan ini, Fauzi, yang diisukan menjalin hubungan spesial dengan Holif.
Menjelang kejadian perampokan itu pun tak ada yang janggal dengan perilaku Holif. Seperti biasa, Holif berpamitan kepada keluarganya untuk berkerja dengan suaminya.
"Setelah pertemuan itu, kami belum pernah ketemu lagi," ujar Halimah.
Tak pelak, berita tertangkapnya Holif oleh kepolisian yang diterima keluarga keesokan harinya membuat syok seluruh kerabatnya.
"Ayah tahu dari media massa. Dia langsung nggak enak makan. Sedangkan ibu, jatuh sakit," tuturnya.
Beberapa hari pascapenahanan di Polres Jember, Halimah bersama ibunya pun berkunjung. Di pertemuan itu, tak banyak yang diujarkan Holif.
"Dia lebih banyak menangis dan minta maaf. Dia juga bilang: Mbak titip Cello," lanjut Halimah menirukan Holif dengan mata berkaca-kaca.
Pascapertemuan itu, Halimah mengaku belum pernah bertemu lagi dengan sang adik. Termasuk saat sidang, keluarga pun tak ada yang mendampingi. Alasan jarak tempuh yang jauh dan ongkos perjalanan yang tinggi membuat mereka kesulitan melakukan kunjungan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.