Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hari Anak Perempuan Internasional, Anak Perempuan Dayak Ingin Kalimantan Baru

Potensi anak perempuan untuk maju dan berkembang seringkali terhalang karena adanya kekerasan yang mereka alami baik di rumah maupun di sekolah

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Hari Anak Perempuan Internasional, Anak Perempuan Dayak Ingin Kalimantan Baru
Istimewa
Sejumlah anak perempuan Dayak saat peringatan hari Hari Anak Perempuan Internasional 

TRIBUNNEWS.COM, KATAPANG - Puncak Hari Anak Perempuan Internasional (International day of girls) tahun ini diperingati dengan meriah oleh anak-anak perempuan di pedalaman Kalimantan Barat dengan diskusi dan sharing pengalaman mewujudkan mimpi Kalimantan Baru.

Ratusan anak perempuan mulai tingkat TK, SD, SMP dan SMA menyuarakan kegembiraan dan harapan melalui gerak lagu, tari-tarian dan yel-yel di Dusun Tempayak, Desa Sukakarya, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, Selasa (11/10/2016).

Diketahui, pada 19 Desember 2011 lalu PBB telah mendeklarasikan 11 Oktober sebagai Hari Anak Perempuan Internasional untuk mendorong pemenuhan hak-hak anak perempuan dan memperbaiki kehidupan mereka di seluruh dunia.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Anak Perempuan Internasional bertajuk Girls Speak Out di Kalbar tahun ini berlangsung meriah dengan serangkain acara sebelum puncak acara hari ini seperti penyadaran tentang ancaman bullying yang diikuti 116 orangtua.

"Potensi anak perempuan untuk maju dan berkembang seringkali terhalang karena adanya kekerasan yang mereka alami baik di rumah maupun di sekolah," kata Ketua Penyelenggara Peringatan Hari Anak Internasional, Sr. Theresia Kurniawati RGS di  Kalimantan Barat, Selasa, 11 Oktober 2016.

Survei kecil-kecilan yang dilakukan Sr Theresia menemukan, enam dari 10 anak mengalami kekerasan di dalam rumah dan 8 dari 10 anak mengalami kekerasan di sekolah maupun di jalan," tegas

Ia menambahkan rumah yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak-anak perempuan, kenyataannya tidak selalu memberi rasa aman.

Berita Rekomendasi

Beberapa remaja mengalami kekerasan seksual di dalam rumah bahkan, ada yang terpaksa harus meninggalkan rumah demi keamanan mereka.

"Pengalaman pahit bagi anak perempuan yaitu ketika ia dilecehkan oleh ayah tiri, namun ibu yang diharapkan membela tetap memilih ayah tiri atau kakaknya tetap memilih suaminya meski ia melakukan pelecehan terhadapnya sebagai adik ipar," katanya.

Sementara kekerasan yang dilakukan oleh anak usia dini pun seringkali tidak disadari oleh orangtua.

"Kami merasa perlu memberikan penyadaran ancaman ini," tegas pemerhati Hak Perempuan dan Anak asal Borneo ini.

Masih dari survei kecil-kecilan ditemukan empat dari 10 anak perempuan terpaksa berhenti sekolah karena kehamilan bahkan di satu desa ada 9 dari 10 anak sepanjang tahun ini mengalami hal tersebut.

Rangkaian Hari Anak Perempuan Internasional tahun ini pun diharapkan mampu memperkecil angka putus sekolah dan kasus pernikahan dini. Kegiatan penyadaran dan pendampingan semacam ini harus terus digencarkan oleh semua pihak.

"Anak perempuan pedalaman mempunyai potensi yang sama dengan anak-anak di kota. Mereka mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan ide, gagasan dan jiwa kepemimpinannya. Dengan ikut serta dalam peringatan Hari Anak Perempuan Internasional ini, kami berharap suara-suara lirih dari pedalaman ini dapat didengar dan berpengaruh pada usaha-usaha menguatkan potensi-potensi anak perempuan pedalaman," harapnya.

"Dimasa yang akan datang kami berharap akan banyak lahir pemimpin perempuan yang mampu mengambil kebijakan bagi daerah-daerah pedalaman sehingga dapat sejajar dengan daerah lain dalam hal kemajuan. Anak-anak perempuan Dayak benar-benar menginginkan Kalimantan Baru."

Ia pun mengungkapkan Kalimantan Baru adalah mimpi dan harapan, dimana setiap pribadi yang ada di dalamnya merasa aman, tentram dan damai. Kalimantan harus menjadi tempat yang aman bagi tumbuh-kembangnya seluruh ciptaan. Kalimantan harus menjadi tempat yang aman untuk tumbuh-kembangnya potensi-potensi anak-anak perempuan.

"Secara pribadi saya berharap anak-anak perempuan di pedalaman mempunyai pengalaman yang sama dengan anak-anak perempuan di belahan dunia yang lain sehingga tumbuh kebanggaan, solidaritas dan kesatuan dengan sesama perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas