Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tinggal di Gubuk Sebatang Kara, Hidup Nenek Satai Memprihatinkan

Tinggal di gubuk enam meter persegi, Nenek Satai hidup sebatangkara. Ia bertahan hidup dari uluran tanga tetangganya.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Tinggal di Gubuk Sebatang Kara, Hidup Nenek Satai Memprihatinkan
Tribun Pontianak/Anesh Viduka
Nenek Syf Satai rebahan di pintu masuk gubuknya berukuran sekitar enam meter persegi di Jalan Purnama, Gang Purnama 8, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (12/10/2016). TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Anesh Viduka

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Nenek renta Syf Satai tinggal di gubuk berukuran sekitar 2X3 meter di Jalan Purnama, Gang Purnama 8, Pontianak, Kalimantan Barat.

Ia terbaring lemah dalam kondisi sakit-sakitan di lantai tanpa alas tikar dan bantal. Hidupnya sebatang kara, tanpa ada orang yang menemani.

Perempuan berusia 81 tahun berasal dari Kecamatan Kubu, Kabupaten Kuburaya, dan belum genap setahun dia tinggal di gubuk itu.

nenek-satai-di-gubuknya_20161012_132306.jpg
Nenek Syf Satai rebahan di pintu masuk gubuknya berukuran sekitar enam meter persegi di Jalan Purnama, Gang Purnama 8, Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (12/10/2016). TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA

Di dalam gubuknya beberapa kaleng bekas sudah di dalam kantong plastik, sebuah kasur dan satu bantal lusuh digulung, satu kompor minyak tanah dan beberapa panci tergantung di sudut dinding.

Warga setempat secara swadaya membangunkan gubuk itu untuk Satai, tanpa suami dan anak satu-satunya yang telah meninggal dunia beberapa tahun lalu.

Sambil menangis nenek Satai menceritakan untuk makan dan minum hanya bisa mengharapkan uluran tangan warga sekitar gubuknya.

Berita Rekomendasi

Saat ditemui tribunpontianak.co.id  di gubuknya pada Rabu (12/10/2016) sekira pukul 09.00 WIB, suaranya terdengar jelas saat ia menceritakan kondisi hidupnya.

Hanya saja faktor usia yang sudah lanjut membuat badannya tak mampu bergerak bebas. Kedua kakinya sudah tidak mampu lagi untuk berjalan, dan pendengarannya sedikit terganggu.

Mata sebelah kiri Satai tidak bisa dipakai untuk melihat, bahu sebelah kiri tidak bisa digerakkan, ia juga mengeluh sakit di perut hingga punggung belakang. Beberapa barang pemberian warga terpaksa ia jual untuk biaya berobat.

"Orang kasih tilam, kasih bantal, saya jual untuk biaya berobat, tapi tidak juga sembuh. Aku terkapar begini sendiri, tidak ada yang menjaga, adikku banyak tapi meninggal semua," cerita dia.

Sebelum kondisi fisiknya menurun seperti saat ini, Nenek Satai bekerja menjajakan roti dan sayur-mayur milik warga dari satu gang ke gang lainnya.

Menurut keterangan warga sekitar, dahulu Satai tidak tinggal di gubuk itu, namun karena terlantar dan kondisinya semakin melemah warga membangunkan sebuah gubuk.

Warga berharap ada petugas Dinas Sosial Pemerintah Kota Pontianak yang datang untuk bisa membantu Nenek Satai.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas