Menikmati Batik-batik Bersejarah di Batik and Batok Night 2016
Batik Klitik Bligon Nitik sempat hilang. Batik memiliki nilai historis ini kembali ke tempat asalnya.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Ikrar Gilang
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYAKARTA - Pada Sabtu (15/10/2016) malam di sebuah pendopo rumah di Jalan Langenastran Lor Yogyakarta terlihat sangat meriah. Tersampir banyak kain batik bermotif langka.
Kain-kain batik dengan harga fantastis tersebut merupakan milik Puro Pakualaman dan koleksi pribadi kerabat Keraton Kasultanan Yogyakarta.
Ketua Paguyuban Kampung Wisata Langenastran Ir. Sumartoyo Suharto menjelaskan, dalam gelaran "Batik and Batok Night 2016", dipamerkan berbagai kain batik langka yang dibuat langsung oleh Istri Paduka Paku Alam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu (GKBRAy) Paku Alam X.
Selain itu ada juga koleksi pribadi kerabat Keraton Kasultanan yang merupakan pembatik senior GBRAy Murdokusumo.
Sumartoyo mengatakan, keseluruhan kain batik yang ditampilkan memang koleksi pribadi dan eksklusif karena dibuat satuan atau tanpa duplikasi. Motif dalam kain batik tulis ini tidak ada dalam kain batik yang beredar di pasaran.
"Motif kain batik dari GKBRAy Paku Alam X itu terinspirasi dari naskah-naskah kuno milik Paku Alam terdahulu, sehingga motif tersebut tidak ada yang menyamai dan mengandung filosofi yang kuat," tutur Sumartoyo kepada Tribun Jogja.
Ia menunjukkan kain batik tertua yang ditampilkan yakni Batik Kotak Nitik yang ditulis oleh ibunda Sultan Hamengku Buwono IX.
Sumartoyo menyebut, kain batik tersebut dibuat pada awal tahun 1900an. Kain tersebut dibuat sebelum Sultan Hamengku Buwono IX bertahta.
"Banyak sekali kain-kain itu selain langka namun juga memiliki nilai sejarah yang tinggi. Ada kain batik yang digunakan saat HB IX bertahta hingga yang dipakai saat mantu anaknya," ungkap dia.
Cerita Unik
Ada pula sebuah kain batik yang mempunyai cerita menarik yakni Batik Klitik Bligon Nitik. Kain yang merupakan seratan GRAy Sindurejo yang merupakan Putri Sultan Hamengku Buwono VIII atau kakak dari Sultan Hamengku Buwono IX sempat hilang dicuri hingga akhirnya kembali ke pangkuan Keraton.
GBRAy Murdokusumo menceritakan, kain tersebut hilang saat Keraton menerima kunjungan kelompok dari sebuah negara. Usai kunjungan, kain batik lenyap.
Bertahun-tahun GBRAy Murdokusumo mencarinya hingga akhirnya menemukan namun bukan dari pencuri, melainkan seseorang yang membeli dari penadah.
"Yang bersangkutan tidak mau mengembalikan karena ia sudah merasa membeli dari penadah. Akhirnya saya beli kain tersebut namun sistem barter, saya membatik lagi dengan motif yang sama," ujar GBRAy Murdokusumo.
Ia menjelaskan, walau motifnya sama namun kain batik yang asli mempunyai nilai historis tersendiri. Tidak ada yang bisa menyamakan sebuah kain batik karena ada kisah sejarah yang berbeda.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.