Warung Kopi Jadi Lokasi Favorit Calo SIM di Satpas Colombo
”Mau yang cepat apa yang biasa? Kalau yang cepat Rp 650.000, kalau biasa Rp 500.000,” kata pria di dalam warung dekat Satpas Colombo Surabaya.
Editor: Y Gustaman
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Pemandangan tampak berbeda di sejumlah kantor pelayanan di bawah naungan Kepolisian Republik Indonesia di Surabaya.
Pascapembentukan Satgas Saber Pungli, proses pengurusan layanan masyarakat menjadi ketat. Calo yang biasanya berseliweran di lokasi, sekarang tidak lagi terlihat.
Seperti yang terjadi di Kantor Satpas Colombo Polrestabes Surabaya, Jumat (21/10/2016). Kantor Satpas Colombo tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang yang mengurus SIM.
Pemohon yang ikut ujian praktik juga tidak terlalu antre. Begitu juga pemohon SIM A yang ikut ujian praktik tidak terlalu banyak. Hanya ada lima orang yang duduk di bangku tunggu ujian praktik untuk mobil.
Petugas juga selektif terhadap pengunjung kantor Satpas. Petugas menyuruh pergi pengunjung yang sudah tidak punya kepentingan dengan pengurusan SIM.
Para pengunjung yang mengantar teman maupun keluarga mencari SIM tidak lagi bisa menunggu di lokasi.
Ada beberapa pengunjung yang melihat teman dan saudaranya sedang ujian praktik sepeda motor, petugas langsung mengusirnya.
”Mbak-e mau ikut tes? Kalau tidak ada kepentingan silakan keluar. Jangan bergerombol di sini. Nanti dikira tidak dilayani. Ayo (keluar) sana,” kata seorang petugas.
Bahkan, beberapa orang yang duduk di bangku antrean tes SIM untuk sekadar istirahat usai menjalani tes praktik juga mengalami pengusiran. Alasannya, bagi yang tak berkepentingan dilarang berada di sekitar lokasi tes.
"Kami mungkin dikira calo oleh petugas," ujar salah satu pria yang baru saja diusir.
Para calo yang biasa beroperasi di Kantor Satpas Colombo juga tiarap. Para calo tidak berani berseliweran di dalam areal Satpas Colombo.
Para calo hanya beroperasi di luar areal Satpas Colombo. Para calo bertebaran di warung-warung yang berada di luar Satpas Colombo.
Para calo ini kemudian bekerja sama dengan tukang parkir yang ada di luar kantor Satpas Colombo. Begitu ada pengunjung yang melintas, tukang parkir tersebut langsung menariknya dengan pura-pura menawari tempat parkir.
Hal itu juga dialami Surya ketika melintas di lokasi. Ada seorang tukang parkir yang menarik sepeda motor Surya dan menyuruhnya parkir di pinggir jalan.
Begitu sepeda motor berhenti, tukang parkir menanyai Surya. ”Mau ngurus apa? SIM ya?” tanya tukang parkir itu.
Begitu Surya menjawab iya, tukang parkir itu langsung mengarahkan ke seorang pria yang duduk di warung dekat lokasi parkir.
”Itu ke sana, sama bapak yang duduk pakai topi putih itu,” kata tukang parkir sambil menunjuk seorang pria yang duduk di warung.
Surya mendekati lelaki paruh baya itu. Ia langsung bertanya ke ingin mencari SIM A atau SIM C. Pria itu menawarkan dua pilihan paket pembuatan SIM A.
”Mau yang cepat apa yang biasa? Kalau yang cepat Rp 650.000, kalau biasa Rp 500.000,” kata pria itu.
Menurut pria itu, yang cepat tidak perlu ikut ujian. Sedangkan yang biasa harus tetap ikut ujian tulis maupun praktik. ”Tapi, semua dijamin lulus,” ujarnya.
Ada pula calo dengan modus berbeda. Begitu beranjak ke parkiran, calo itu datang menghampiri. Usai bertanya, mereka akan langsung mengajak untuk menjauh dari lokasi parkir.
"Nanti kalau ada razia propam, gawat. Mending main ke rumah saya. Rumah saya di sekitar sini," ujar lelaki ini, salah satu calo di lokasi tersebut.
Dia bisa meloloskan uji SIM tanpa harus melalui tes. Syaratnya dengan mengeluarkan ongkos yang lumayan mahal. "Untuk SIM C Rp 550 ribu dan SIM A Rp 650 ribu," jelasnya.
Dari uang yang disetor tersebut, ia mengaku akan membaginya dengan petugas yang menangani proses pengurusan SIM.
"Yang di dalam, urusan saya. Pelanggan tinggal foto saja," tuturnya menyakinkan. (Wartawan Surya Samsul Hadi/Bobby Constantine Kolloway/Benni Indo)