Kakak Beradik Kesetanan Bacok Saudara Kandung di Pelelangan Ikan
Rizal Efendi (35), tewas mengenaskan dibunuh dua saudara kandungnya, Zaenal (44) dan Luthfi (24), di Pusat Pelelangan Ikan Lempasing.
Penulis: Wakos Reza Gautama
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Lampung, Wakos Gautama
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Rizal Efendi (35) tewas terbunuh di Pusat Pelelangan Ikan Lempasing, Telukbetung Timur, Bandar Lampung, Senin (31/10/2016) pukul 03.00 WIB.
Warga Jalan Teluk Bone, Kota Karang, Telukbetung Barat, itu sementara disemayamkan di kamar mayat Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek, Bandar Lampung.
Pantauan Tribun Lampung, terlihat aparat kepolisian dan kerabat korban yang akrab disapa Epen berada di kamar mayat. Di tubuh korban ada sekira 20 luka bacokan. Dua jari kaki Epen juga putus kena sabetan.
Korban dihabisi oleh kakak dan adiknya, Zaenal (44) dan Luthfi (24). Anggota Polresta Bandar Lampung sudah menangkap keduanya yang sudah merencanakan pembunuhan terhadap Epen.
Epen, Zaenal dan Luthfi, sama-sama bekerja di PPI Lempasing. Pada Senin dini hari, Zaenal dan Luthfi lebih dahulu bekerja di PPI Lempasing, sambil menunggu Epen.
Begitu Epen datang, Zaenal dan Luthfi langsung membabibuta menghunuskan golok kepadanya. Epen sempat menangkis sabetan golok dua saudara kandungnya itu.
Tangan kosong Epen tak cukup mampu mengimbangi serangan Zaenal dan Luthfi. Epen akhirnya tewas. Warga di sekitar lokasi tak dapat berbuat banyak karena kedua pelaku seperti kesetanan.
Aniaya Ibu
Kapolsek Telukbetung Barat, Kompol Atang Samsuri, membenarkan peristiwa pembunuhan terhadap Epen oleh kedua saudara kandungnya, Zaenal dan Luthfi.
Motif pembunuhan Epen, menurut Atang, karena selisih paham dalam keluarga. Diduga Zaenal dan Luthfi kesal dengan tingkah Epen yang sering memukuli ibu mereka.
"Intinya masalah selisih paham antara kakak beradik itu. Selisih paham seperti apa saya tidak tahu persis," ucap Atang.
Jahiduna Rosid mengaku pernah mendengar cerita mengenai perilaku keponakannya, Epen, sering memukuli ibunya. Ia berinisiatif mengklarifikasi hal tersebut kepada Epen.
"Saya tanya ke dia (Epen), 'Kamu sering memukuli ibu ya?' 'Epen menjawab tidak pernah.' Dia bilang dia masih punya otak sehingga tidak mungkin memukuli ibunya," cerita Jahid ditemui di kamar mayat RSUAM.
Jahid tidak tahu kenapa kakak dan adiknya membunuh Epen. Ia baru mendapat kabar kematian Epen pagi tadi.
Epen sehari-harinya bekerja di PPI Lempasing sebagai tukang timbang ikan. Menurut dia, ibu Epen pernah tinggal serumah dengan Epen namun kini tidak lagi.