Sempat Pingsan Saat Gerak Jalan, Dita Akhirnya Meninggal
Meskipun telah mendapatkan perawatan selama tiga hari di RSUP Sanglah, jiwa Dita tak tertolong.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Tribun Bali, Sarah Vanessa Bona
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - I Made Dita Ariguna (15) menghembuskan napas terakhirnya pada Jumat (28/10/2016) sekitar pukul 18.00 Wita di Ruang ICU RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
Siswa kelas X SMK Negeri Tegalalang, Gianyar itu harus dirawat di Ruang ICU RSUP Sanglah usai sempyongan dan kemudian pingsan saat mewakili sekolahnya mengikuti lomba gerak jalan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang diadakan Selasa (25/10/2016) lalu di Gianyar.
Jenazah Dita pun dipindahkan dari ICU ke Kamar Jenazah RSUP Sanglah dan dibersihkan sekitar pukul 19.30 Wita, Jumat (28/10/2016).
Seorang pegawai SMKN 1 Tegalalang yang sedang menunggui jenazah Dita di Instalasi Forensik RSUP Sanglah menceritakan, Dita sering mengikuti lomba gerak jalan sebelumnya.
Dita bahkan sering mendapatkan juara I dalam banyak lomba gerak jalan yang diadakan di Gianyar.
"Tahun lalu dia juara 1, kemarin pas lomba gerak jalan 17 Agustus juga juara 1 lagi. Makanya, dia ikut lagi dalam rangka peringatan Sumpah Pemuda," ujar pegawai yang enggan disebutkan namanya itu.
Dita juga tak menunjukkan tanda-tanda sakit saat mengikuti lomba yang berlangsung pada Selasa (25/10/2016) sore itu.
Berusaha memenangkan lomba gerak jalan Sumpah Pemuda yang menempuh jarak 28 kilometer, Dita terlihat sempoyongan sebelum sampai garis finish, tepatnya di Desa Boda,Kecamatan Blahbatuh.
Teman-temannya di kelompok gerak jalan jadi panik, dan berusaha menolong.
Panitia dari KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Gianyar dan guru olahraga SMK Negeri 1 Tegalalang langsung membawa Dita ke RSUD Sanjiwani, Gianyar.
Dalam perjalanan ke RS, siswa tersebut masih dalam keadaan sadar.
Namun setelah di RS, dia tak sadarkan diri, sehingga dirujuk di RSUP Sanglah.
Meskipun telah mendapatkan perawatan selama tiga hari di RSUP Sanglah, jiwa Dita tak tertolong.
Ia menghembuskan nafas terakhirnya kemarin.
Pegawai SMKN Tegalalang itu mengetahui dari dokter yang merawat Dita bahwa anak didiknya itu mengalami kegagalan fungsi pada kedua ginjalnya, sehingga menyebabkan kematiannya.
"Dokter sempat memberi air pada ginjalnya, dan air itu tidak mau masuk ke ginjalnya. Makanya, ginjalnya kering," tutur pria yang selalu menjenguk Dita sejak masuk ke rumah sakit.
Salah satu kerabat Dita mengatakan, Dita akan dititipkan selama beberapa hari hingga Rabu (2/11/2016) di Instalasi Forensik RSUP Sanglah.
Sebab, desa tempat tinggal Dita, yakni Desa Kedisan Tegalalang, baru saja melakukan upacara penguburan.
"Harus tunggu hari baik lagi karena jenazah tidak boleh 'numpuk," ujar kerabat Dita.
Pihak keluarga merencanakan untuk mengubur Dita di Setra Desa Adat Kedisan Tegalalang pada Rabu (2/11/2016) nanti.
Kerabat itu menyesalkan keikutsertaan Dita dalam lomba gerak jalan hari Sumpah Pemuda.
Sebab, Dita masih mengalami luka pada kakinya saat mengikuti lomba gerak jalan bulan Agustus lalu.
"Saya sangat sayangkan sekali, karena luka pada kakinya belum begitu sembuh. Sekarang malah begini jadinya, apa yang dia lakukan sebenarnya merugikan diri sendiri. Tidak dapat apa-apa, malah akhirnya seperti ini," sesalnya.
Pantauan Tribun Bali di RSUP Sanglah, beberapa guru SMKN 1 Tegalalang terlihat berdatangan untuk menengok jenazah Dita.
Keluarga Dita tampak sedang berduka dan enggan dimintai keterangan.
"Tanya Kepala Disdikpora dan Wakil Bupati Gianyar saja ya. Kami masih berduka," ujar seorang kerabat Dita.(*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.