Tujuh Orang Tewas Dalam Kecelakaan di Lhoknga, Tiga di Antaranya Adalah Hafiz
Jenazah Khalil dimakamkan di pemakaman Gampong Teubang Phui Mesjid, Kecamatan Montasik, Aceh Besar sekitar pukul 15.00 WIB.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Muhammad Khalilullah, pemuda 22 tahun, warga Teubang Phui, Kecamatan Montasik, Aceh Besar merupakan salah satu dari tujuh korban meninggal dunia akibat kecelakaan tragis di Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh, kawasan Lhoknga, menjelang subuh, Minggu (30/10/2016).
Kepergian hafiz 30 juz tersebut menyisakan duka mendalam di keluarga, masyarakat, dan teman-temannya sesama anggota majelis tablig Aceh yang berpusat di Cot Goh, Montasik.
Selain Ustaz Khalil, begitu pemuda ini biasa dipanggil, musibah tersebut juga merenggut nyawa Riski Ifanda (18) dan Rian Hidayat (30), asal Simeulue yang juga hafidz Alquran.
Khalil merupakan pengemudi minibus Avanza BL 208 A yang terlibat tabrakan dengan truk tanki semen curah BL 8587 AE di Jalan Nasional Banda Aceh-Meulaboh, Km 15,5, Gampong Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, Minggu (30/10/2016) pukul 04.15 WIB.
Waktu itu Khalil sedang bersama tujuh penumpang asal Simeulue, yang merupakan anggota majelis tablig Aceh tujuan ke Cot Goh, Montasik dalam kegiatan dakwah.
Namun, sebelum sampai ke tujuan, takdir berkata lain. Mobil yang dikemudikannya terlibat kecelakaan. Tujuh nyawa melayang, termasuk nyawanya sendiri.
Di kalangan kerabat dan keluarga, Khalil dikenal sebagai sosok yang menghabiskan waktu pendidikan sejak kecil untuk menuntut llmu agama.
Jenazah Khalil dimakamkan di pemakaman Gampong Teubang Phui Mesjid, Kecamatan Montasik, Aceh Besar sekitar pukul 15.00 WIB.
Ustadz Rozi, ayah Khalil yang ditemui Serambi (Tribunnews.com network) di kediamannya tampak sudah ikhlas dengan kepergiannya putra sulungnya itu.
Ia terlihat sibuk menerima tamu dan memberi penjelasan tentangkecelakaan itu. Kerabat pun silih berganti datang ke kediamannya.
Ustaz Rozi yang juga dikenal sebagai amir (pemimpin) jamaah tablig Aceh yang berpusat di Cot Goh mengisahkan, Khalil sejak kecil sudah pergi menuntut ilmu agama ke Pulau Jawa dan berlanjut ke negeri jiran Malaysia dan tercatat sebagai alumni Pondok Tahfiz Sungai Rusa, Pulau Penang, Malaysia.
Menjelang ajal, Khalil juga tercatat sebagai salah seorang pengajar tahfizh di Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan.
“Ketika ada jamaah dari Simeulue yang akan ke Cot Goh dalam perjalanan dakwah, Ustaz Khalil berkhidmat bergabung dan mengantar karena beliau memang di Labuhan Haji. Namun dalam perjalanan, ajal menjemput,” kata salah seorang anggota majelis tablig Cot Goh.
Sang ayah, dalam keterangannya kepada Serambi juga menginformasikan, Khalil berkeingin melanjutkan pendidikan agama ke Arab.
Beberapa waktu lalu ia sudah berangkat ke sana untuk mengikuti tes sekaligus melaksanakan umrah, dan sedang menunggu pengumuman.
Sejak empat bulan lalu, Khalil berangkat ke Dayah Darussalam Labuhan Haji Aceh Selatan mengabdikan diri sebagai pengajar ilmu tahfidz kepada santri di sana.
Selain mengajar, ia juga memperdalam ilmu agama di pesantren tersebut.
Beberapa hari lalu, saat Ustaz Rozi sedang safari dakwah keliling Aceh sempat singgah di Dayah Darussalam Labuhan Haji.
Khalil yang berniat pulang ke Montasik diminta membawa tujuh jamaah asal Simeulue yang juga akan ke Montasik dengan mengendarai mobil milik Markas Jamaah Tablig.
Sehingga saat kecelakaan, kemarin, ayahnya masih berada di Meulaboh.
Ucapan duka cita atas meninggalnya jamaah tablig Aceh, termasuk Khalilullah terus mengalir dari berbagai penjuru negeri, termasuk dari Pimpinan Majelis Az Zikra, Ustaz Arifin Ilham.
“Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun. Telah pulang ke rahmatullah guru kita tercinta, sahabat kita tercinta karena Allah, ustaz Khalilullah bin Raudhi dalam musibah yang insya Allah penuh rahmat Allah, menghadap Allah bersama ikhwan beliau dalam perjalanan dakwah,” begitu antara lain yang ditulis ustaz Arifin Ilham di laman facebook-nya.
Arifin menuturkan, usia Khalilullah masih muda, baru 23 tahun. Ia adalah seorang hafiz, hafal Alquran 30 juz, dan guru para penghafal Alquran di Pesantren Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan.
Semua guru dan santri, katanya, mengenal almarhum sebagai imam tampan lahir batin.
“Karena memang beliau imam favorit yang tampan yang disenangi semua jamaah, para guru dan santri karena kesyahduan dan keindahaan qiraatnya,” tutur Ustaz Arifin.
Selain itu, almarhum juga dikenal rendah hati, santun, murah senyum, dan mudah akrab pada siapapun. Ia juga memiliki kepribadiaan yang kuat dalam tafaqquhu fiddiini, khasnya seorang yang hafiz.
Kini beliau menghadap Allah dari pulang dalam perjalanan dakwah fiisabilillah. Pulang menghadap kekasihnya Robbul Jali yang kalam-Nya dihafalnya, dan itu sesuai dengan nama almarhum Khaliilillah yang berarti kekasih Allah.
“Selamat bertemu kekasihmu, guru kami tercinta,” ujar Arifin.
“MasyaAllah demi Allah abang cemburu padamu ya adikku tercinta Kholiilullah, engkau haafidz, engkau menghadapNya saat terindah dalam perjalanan da’wah di jalan-Nya...uhibbukum fillah ya Kholiilullah.
“Allhumma ya Allah, ampunilah seluruh dosa almarhum guru kami, terimalah di sisi-Mu sebagai kekasih-Mu, dan masuklah almarhum dalam keridhoan SyurgaMu...aamiin,” demikian Ustaz Arifin Ilham.
Sementara itu, sebanyak lima dari tujuh korban meninggal dalamkecelakaan itu, dikebumikan dalam satu liang di pemakaman Gampong Bueng Tujoh, Kecamatan Montasik, Aceh Besar.
Kelima korban yang merupakan pendakwah dari Pulau Simeulue itu adalah Arsin (50), Riski Ifanda (18/anak dari Arsin), Rian Hidayat (30/adik dari Arsin, ketiganya warga Gampong Bunon, Kecamatan Teupah Barat, Simeulue.
Sedangkan dua lagi yang dikubur pada liang yang sama, yaitu M Kuat (55) warga Air Pinang, Kecamatan Simelue Timur dan Edi Mawansyah (43) warga Simelue Tengah.
Almarhum Riski Ifanda dan Rian Hidayat juga hafiz Alquran. Riski masih tercatat sebagai santri Pesantren Al Imdadiyah Sibreh kini sudah mampu menghafal 15 juz Alquran.
Saat sedang prosesi pemakaman, tiba-tiba salah satu dari dua korban kritis yang sedang dirawat di RSU Meuraxa, Banda Aceh bernama Musri Antoni (44), warga Sukadamai, Kecamatan Simeulue Timur juga meninggal dunia.
Jenazahnya dimakamkan di Bukit Permai, Keutapang, Aceh Besar. Hingga tadi malam masih ada satu korban lainnya dalam perawatan yaitu Riswan (44) juga dari Simeulue.(mun/nas)