Bupati Anas Bahas Kreativitas Bareng Ridwan Kamil di Bandung
Pembangunan Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Abdullah Azwar Anas mendapat apresiasi di Bandung Creative City Forum (BCCF).
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Haorrahman
SURYA.CO.ID, BANDUNG - Pembangunan Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Abdullah Azwar Anas mendapat apresiasi di Bandung Creative City Forum (BCCF).
Bupati Anas diminta sebagai pembicara dalam event Workshop Internasional, Design Action Bandung, di Pendopo Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (10/11/2016).
Mengambil tema Sensori City, Anas menjadi pembicara bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, dan beberapa praktisi lainnya, seperti Tul Lekutai (arsitek), Adi Panuntun (visual communication), Zaini Alif (produk designer), dan Josyane Franc (head of international affairs for The Cite du Design and Saint Etienne School of Art and Design).
Penari menampilkan tarian khas daerah saat pagelaran Nusantara Berdendang memperingati hari sumpah pemuda di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (28/10/2016). Acara ini dihadiri Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja, menampilkan 11 tarian dari sejumlah provinsi di Indonesia seperti tari topeng betawi dari DKI Jakarta, gandrung dan kuntulan dari Banyuwangi, tari piring dan musik calempong dari ISI padang panjang, dan tari hudog dari Kalimantan Timur. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Forum tersebut menghadirkan para komunitas, penggiat kreatif, dan juga SKPD Pemkot Bandung. Bupati Anas memaparkan tentang strategi dan kreatifitas pembangunan di Banyuwangi.
"Kami membangun Banyuwangi mengusung konsep humanopolitan, memadukan sisi kemanusiaan, budaya dan potensi alam yang ada. Dari konsep inilah kreativitas Banyuwangi dibangun," kata Anas.
Pertama kali yang harus dilakukan untuk membangun kreativitas tersebut dengan konsolidasi budaya, melalui event Banyuwangi Festival (B-Fest). Hingga tahun ini mencapai 53 festival.
Bandara Blimbingsari Banyuwangi
"B-Fest dilakukan langsung pemerintah untuk mendorong kebanggaan pada budaya lokal dan potensi alam sendiri. Sehingga muncul optimisme masyarakat yang mendorong kreativitas," papar Anas.
Kreativitas masyarakat Banyuwangi dari B-Fest di antaranya muncul festival di tingkat desa sesuai kultur dan potensi lokal masing-masing. Mereka pun terdorong mengangkat budaya lokalnya.
Kampung Wisata Temenggungan, misalnya. Warga kampung ini mengusung konsep wisata dengan rutin menggelar konser jazz dan atraksi seni.
Penari menampilkan tarian khas daerah saat pagelaran Nusantara Berdendang memperingati hari sumpah pemuda di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (28/10/2016). Acara ini dihadiri Presiden Jokowi, Wapres Jusuf Kalla dan sejumlah Menteri Kabinet Kerja, menampilkan 11 tarian dari sejumlah provinsi di Indonesia seperti tari topeng betawi dari DKI Jakarta, gandrung dan kuntulan dari Banyuwangi, tari piring dan musik calempong dari ISI padang panjang, dan tari hudog dari Kalimantan Timur. TRIBUNNEWS/HERUDIN
Banyak seniman dari luar negeri datang ke kampung itu. Semua gelaran ini murni diinisiasi warga desa tanpa bantuan Pemkab Banyuwangi, begitu beber Anas.
Demikian juga Festival Ngopi 10.000 yang baru saja digelar di Desa Kemiren. Acara ini berlangsung tanpa bantuan pemerintah.
Selain konsolidasi budaya, menumbuhkan kreativitas di Banyuwangi harus melibatkan partisipasi publik. Pemkab Banyuwangi pun menumbuhkan adrenalin masyarakat agar tertantang di setiap pembangunan.
Tradisi Petik Laut dilakukan para nelayan Muncar. Tradisi yang sudah berlangsung sejak 1901 ini digelar setiap pertengahan bulan Syura tepatnya tanggal 15 Syura penanggalan Jawa. SURYA/HAORRAHMAN
"Meningkatnya kunjungan wisata ke Banyuwangi, mendorong adrenalin masyarakat untuk bisa menyiapkan diri menjadi tuan rumah pariwisata," ungkap dia.