Kecam Aksi Teror, Ini Pernyataan Sikap GMKI Pontianak
GMKI Cabang Pontianak menyayangkan atas gagalnya antisipasi dari pihak aparat keamanan, untuk mencegah secara dini kejadian ini
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) cabang Pontianak mengecam aksi teror yang menyerang Gereja Oikumene Samarinda.
Ketua GMKI cabang Pontianak, Kaleb Elevensi mengecam aksi teror tersebut, yang bahkan mengakibatkan anak-anak yang sedang bermain di luar Gereja menjadi korban.
“Kita mengecam kejadian ledakan bom ini, apalagi korbannya adalah anak-anak, dari kronologis kejadiannya jelas, bahwa mereka sengaja menyasar anak-anak yang sedang bermain di luar gereja, kabar terbaru, ada satu korban meninggal, atas nama Intan Boru Marbun, yang tidak bisa tertolong karena luka bakar yang dialaminya sangat parah” ungkap Kaleb, Senin (14/11/2016).
Selain itu, Kaleb juga menegaskan, pihaknya menyayangkan atas gagalnya antisipasi dari pihak aparat keamanan, untuk mencegah secara dini kejadian ini.
"Aparat keamanan jelas sudah gagal dalam mengantisipasi kejadian. Pihak BIN tidak mampu mendeteksi lebih dini aksi teror ini. Kemarin media televisi memberitakan bahwa sudah ada ancaman terkait aksi teror ini, walaupun tidak menyebut secara spesifik gereja yang jadi sasaran. Seharus nya, ketika ada ancaman, bisa dilakukan penjagaan di saat ibadah," tegasnya.
Untuk itu, GMKI cabang Pontianak mengajak masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi dan resah atau bahkan ketakutan yang berlebihan, karena menurut Kaleb, justru hal itulah yang diinginkan para pelaku teror.
"Yaitu menimbulkan rasa takut, namun tetap perlu waspada. Masyarakat jangan terprovokasi, dan tidak usah terlalu cemas dan takut berlebihan, karena hal itulah yang diinginkan oleh para teroris, mereka meneror untuk menciptakan ketakutan, sehingga keadaan mencekam. Warga harus tetap tenang, dan disinilah peran aparat keamanan, untuk bisa memberikan rasa aman dan tenteram kepada masyarakat," ujarnya.
Lanjutnya, aksi terorisme yang terjadi di Gereja Oikoumene, Kota Samarinda, Kalimantan Timur merupakan provokasi yang tidak boleh dianggap sepele oleh setiap elemen bangsa.
Pasalnya, aksi terorisme ini patut diduga kuat sengaja menyasar anak-anak yang sedang bermain di luar gedung, ketika orang tua mereka sedang melakukan peribadatan.
Empat orang anak menjadi korban dalam aksi terorisme provokatif ini. Anak-anak yang menjadi korban ini, diketahui sedang bermain menunggu selesainya peribadatan orang tua mereka.
Diduga sekitar ratusan jemaat sedang beribadah pada saat terjadinya peledakan. Kebanyakan dari jemaat yang melakukan peribadatan adalah orangtua yang memang sengaja membawa anak-anak mereka juga untuk beribadah.
Upaya deradikalisme yang digaungkan pemerintah untuk mereduksi aksi terorisme seharusnya berbuah baik.
"Namun dengan adanya insiden Samarinda, membuka mata kita, kelompok teroris yang menginginkan Negara yang berideologi Pancasila ini runtuh, masih subur dan bebas bergerak," terangnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.