Tiap Hari, Korban Tanah Longsor Ini Memantau Bekas Rumahnya, Bingung Mau Kemana
Sutarno (57) diam berdiri di dekat lokasi longsor di RT 01 RW 01 Desa Suwidak, Wanayasa.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Sutarno (57) diam berdiri di dekat lokasi longsor di RT 01 RW 01 Desa Suwidak, Wanayasa.
Tatapannya tertuju pada sisa reruntuhan bangunan rumah miliknya di area longsoran.
Sejak mengungsi bersama puluhan warga lain pada Kamis (10/11), saban hari, Sutarno selalu memantau bekas tempat tinggalnya yang telah ia huni selama puluhan tahun. Saat tersebut, ia mengaku suka meratap.
"Nelangsa kalau melihat tempat tinggal saya. Soalnya, kepunyaan saya tinggal itu, saya tidak punya tanah lain karena sudah saya wariskan ke anak-anak,"katanya, Senin (14/11).
Sutarno mengaku tak dapat membayangkan bagaimana nasibnya ke depan.
Beberapa warga lain terdampak longsor masih sempat membongkar rumah mereka yang terbuat dari bahan kayu, lalu mendirikannya kembali di tanah mereka di lokasi lain.
Sementara Sutarno, ia tak memiliki tanah di tempat lain. Tempat tinggalnya juga tak bisa ia bongkar atau pindah lantaran dibuat permanen dengan bahan coran.
"Mengungsi kalau lama-lama juga gak enak sama yang punya tempat. Saya berharap bisa direlokasi, dimana pun mau asal ada tempat tinggal, karena saya sudah tak punya tanah lagi,"katanya
Kartoni (55), korban longsor lain, awalnya tak pernah menduga, retakan tanah tempat tinggalnya yang semula hanya seukuran benang bakal menimbulkan petaka pada akhirnya.
Ia pun telah lama melihat lantai rumahnya meretak sejak beberapa tahun lalu, tapi tak masalah lantaran retakan serupa garis itu tak berkembang.
Namun, bulan terakhir ini, ia melihat retakan itu semakin hari kian lebar dan menganga.
"Lebar retakan terus bertambah, sampai 10 cm. Seumur-umur baru kali ini retakan terus melebar dan membuat longsor, sebelumnya ada retakan kecil tapi tidak masalah,"ujarnya
Sejak mengungsi empat hari lalu, ia melihat pergerakan tanah di kampungnya semakin cepat. Beberapa bangunan permanen yang masih berdiri di area longsoran tampak bergeser lebih rendah dari tempatnya semula.
Meski nelangsa, Kartoni masih dapat bersyukur. Karena longsor terjadi perlahan, keluarganya masih sempat menyelamatkan diri, termasuk memindahkan bangunan rumah dan seisinya ke tempat yang lebih aman.
"Untung longsornya merayap, kalau mendadak mungkin kami tidak bisa menyelamatkan diri,"ujarnya. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.