Besok Puncak Yaqowiyyu di Jatinom Klaten, 5.000 Kilogram Apem Disebar
Sebanyak 5.000 kilogram kue apem akan disebar pada puncak perayaan tradisi saparan Jatinom, Yaqowiyyu, besok, Jumat (18/11/2016).
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KLATEN – Sebanyak 5.000 kilogram kue apem akan disebar pada puncak perayaan tradisi saparan Jatinom, Yaqowiyyu, besok, Jumat (18/11/2016).
Kegiatan sebaran apem ini akan digelar di Oro Oro Tarwiyah kompleks makam Ki Ageng Gribig.
Ketua pelaksana kegiatan Yaqowiyyu, Edta Tri Cahya mengatakan tradisi Yaqowiyyu diselenggarakan Pengelola Pelestari Peninggalan Kyai Ageng Gribig bersama masyarakat Jatinom setiap tahun di bulan Sapar dalam penanggalan Jawa.
Oleh karenanya tradisi ini dikenal dengan nama saparan.
“Adapun kue apem yang disebar merupakan sumbangan dari masyarakat Jatinom secara sukarela. Total apem yang akan disebar mencapai 5.000 kilogram,” katanya, Kamis (17/11/2016).
Menurutnya acara sebaran apem di Oro Oro Tarwiyah akan dimulai arak-arakan gunungan apem dari Masjid Besar Ki Ageng Gribig yang terletak dalam satu kompleks makam menuju panggung Oro Oro Tarwiyah.
Rencananya sebaran apem akan dimulai oleh Bupati Klaten, Sri Hartini dari atas panggung.
“Sebelumnya gunungan apem akan disemayamkan semalaman di Masjid Besar Ki Ageng Gribig. Selain yang ada di gunungan, ada pula apem yang disebar oleh penyelenggara dari atas menara di tengah Oro-oro Tarwiyah,” ungkapnya.
Edta menjelaskan tradisi ini digelar untuk mengenang Ki Ageng Gribig; seorang tokoh penyebar agama Islam pada zaman Mataram. Karena latar belakang tersebut, tradisi ini dibalut dengan nuansa keagamaan.
“Menjelang puncak acara berupa sebaran apem, telah digelar pengajian akbar untuk memperingati haul Ki Ageng Gribig pada Rabu (16/11/2016) malam."
"Kegiatan ini sekaligus untuk mengenang jasa dan perjuangan Ki Ageng Gribig,” katanya menjelaskan.
Menurut cerita masyarakat Jatinom, Ki Ageng Gribig merupakan cucu Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang aktif dalam berdakwah menyebarkan agama Islam di wilayah Jatinom.
Tradisi sebar apem sendiri bermula dari kisah Ki Ageng Gribig sepulang dari ibadah haji membawa oleh-oleh berupa kue bagi santri dan pengikutnya.
Namun lantaran banyaknya jumlah santri dan pengikutnya, kue yang dibawa tidak cukup untuk dibagikan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.