Mengungkap Kisah Suami yang Ditinggal Istri Jadi TKW Ketika Ingin Menyalurkan Hasrat Seksual
tak jarang suami yang melampiaskan hasrat seksnya ke selingkuhan atau Pekerja Seks Komersial (PSK).
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, PURWOKERTO- "Ya jane due rasa melas, tapi ya kepriwe maning lha wong kebutuhan kaya kue lho. Aku ya terus terang kaya kuwe. Ya wong barang adoh-adoh kan pada ora ngerti lah"
Kutipan itu merupakan pengakuan Darsin, suami Buruh Migran Indonesia (BMI), warga Kecamatan Kalibagor Banyumas, Purwokerto, terkait perilaku seksualnya setelah ditinggal istrinya pergi ke luar negeri.
Pengakuan itu tertulis pada Buku Suami Buruh Migran, antara Hasrat Seksual dan HIV/AIDS karya seorang dosen Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Hendri Restuadhi.
Hendri menilai Perhatian terhadap Buruh Migran Indonesia (BMI) selama ini lebih terfokus pada persoalan ketidakadilan dan penindasan yang dialami oleh Buruh Migran Perempuan (BMP).
Sementara isu mengenai dinamika kehidupan keluarga BMP yang ditinggalkan nyaris tak tersentuh.
Hendri Restuadhi mengatakan, keluarga yang ditinggalkan BMP rentan terhadap problem sosial.
"Bagaimana kondisi anak yang berpisah dari ibunya. Bagaimana suami bisa memosisikan ayah sekaligus ibu bagi anaknya. Serta bagaimana kehidupan seksual suami ketika ditinggal istrinya,"kata Hendri Restuadhi saat bedah buku Suami Buruh Migran, antara Hasrat Seksual dan HIV/AIDS, di aula FISIP Unsoed Purwokerto, Rabu (23/11).
Hendri mengatakan, dalam menghadapi persoalan pemenuhan hasrat seksual, ada beberapa kemungkinan yang dilakukan suami BMI.
Ada suami yang mampu mengendalikan hasrat seksualnya dengan cara menyibukkan diri dengan rutinitas kerja.
Namun, tak jarang suami yang melampiaskan hasrat seksnya ke selingkuhan atau Pekerja Seks Komersial (PSK).
Yang mengejutkan dari penelitian Hendri, dari sekitar 32 suami BMP di Banyumas yang diwawancarai peneliti, sebagian di antaranya memilih menyalurkan libidonya ke wanita lain.
"Mereka punya nomor beberapa wanita panggilan. Kalau sedang butuh, wanita itu dipanggil ke rumah. Ada juga yang datang langsung ke lokalisasi,"katanya
Perilaku seksual suami BMP semacam itu, kata Hendri, membuat mereka rentan terkena HIV/AIDS.
Sayangnya, pengetahuan mereka yang rata-rata berpendidikan rendah dan tinggal di desa sangat minim mengenai penyakit tersebut, termasuk cara menghindarinya.
Banyumas, kata Hendri, menempati urutan ketiga sebagai daerah dengan kasus HIV/AIDS terbanyak di Jawa Tengah. Sementara sebagian besar penderitanya merupakan adalah laki-laki yang sudah menikah.
"Kami menemukan, banyak dari mereka yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lain tidak memakai pengaman. Mereka juga kurang mengetahui, harus kemana mereka memeriksakan diri,"katanya. (*)