Gadis Korban Penganiayaan Alami Luka Dalam, Dua Anak Pejabat Terlibat
RSK(16), korban penganiayaan oleh sejumlah wanita di Kelurahan Data, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, mengalami luka dalam.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Timur, Hery Syahrullah
TRIBUNNEWS.COM, WATANG SAWITTO - RSK(16), korban penganiayaan oleh sejumlah wanita di Kelurahan Data, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, luka dalam.
Hal itu disampaikan ibunda korban, I Bolong, saat ditemui Tribun Timur di ruang Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Pinrang, Sulawesi Selatan, Rabu (23/11/2016).
"Benar, anak kami mengalami luka dalam. Kasihan," I Bolong mengiba saat ditanya kondisi anaknya yang belakangan ini memang sering sakit-sakitan.
"Setelah dianiaya, dia kerap kali mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya ketika batuk," ia menambahkan sambil terisak.
Sementara ayah korban, Lailong, mengharapkan pihak Polres Pinrang menghukum para pelaku sesuai aturan dan prosedur yang berlaku.
"Kami tak tahu-menahu tentang hukum, kami hanya bisa berharap polisi menghukum pelaku sebagaimana mestinya," jelas Lailong.
Ditendang
Kasat Reskrim Polres Pinrang, AKP M Nasir, mengaku sudah menetapkan empat orang sebagai tersangka penganiayaan terhadap RSK, yakni Nelda (18), RN (17), SL (15), dan Eni (20).
"ND, RN, dan SL terjerat Pasal 170 tentang penganiayaan secara bersama dengan ancaman maksimal tujuh tahun penjara, Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman penjara maksimal tiga tahun enam bulan, dan Undang-Undang Pornoaksi," tutur Nasir, Senin (21/11/2016).
Sedangkan EN, ibu rumah tangga yang sedang hamil, dijerat Pasal 56 KUHP tentang pembantu kejahatan. Ia terancam hukuman di bawah 5 tahun penjara.
Kedua orangtua mendampingi RSK saat dimintai keterangan oleh penyidik Unit PPA Polres Pinrang. Turut mendampingi RSK aktivis Lembaga Peduli Kesajahteraan Perempuan dan Anak.
Kepala Unit PPA Polres Pinrang, Aiptu Kaharuddin, menjelaskan pemanggilan RSK dalam rangka meminta keterangan tambahan dari pihak korban.
"Masih ada keterangan yang kami butuhkan dari korban untuk kepentingan penyidikan," tutur Kaharuddin kepada Tribun Timur.
Kaharuddin menyebut Polres Pinrang akan mengusut tuntas kasus Riska. "Termasuk mencari tahu perekam dan pengupload video pengeroyokan itu,” ia menambahkan.
Rekaman video penganiayaan Rsk tersebar di media sosial oleh pemilik akun Sindy Putrye pada Kamis (17/11/2016). Korban dianiaya habis-habisan oleh empat perempuan.
RSK dijambak, ditendang, ditempeleng, hingga nyaris ditelanjangi. Gadis ini tercatat sebagai siswi sekolah menengah pertama di Kecamatan Duampanua, Pinrang.
Dua penganiaya merupakan teman sekolah RSK, yakni SL dan RN. Sementara Nelda, orang yang berhubungan langsung dengan korban terkait urusan utang.
Korban RSK sempat melontarkan kata-kata tak senonoh kepada Nelda, hingga membuatnya tersinggung dan marah.
Kapolsek Duampanua Pinrang, AKP Ardinal Alam, menjelaskan penganiayaan terhadap RSK berlangsung pada 2 November 2016, pukul 15.00 Wita. Kasus ini terungkap 14 November 2016.
"Kami yang mendatangi dan menjemput langsung korban. Pasalnya, korban ragu untuk melapor," Ardinal menambahkan.
Putri Pejabat
Dua dari empat tersangka kasus penganiayaan terhadap RSK diketahui putri seorang anggota DPRD Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Kepala Reserse dan Kriminal Polres Pinrang, AKP Muhammad Nasir, membenarkan RN (17) dan Eni (20) adalah putri anggota dewan. Eni belakangan diizinkan pulang karena hamil.
"Dua di antaranya adalah anak pejabat," kata Nasir, Senin (21/11/2016). Ia memastikan meski anak pejabat tetap dihukum sesuai ketentuan.
Tribun Timur belum mendapatkan konfirmasi dari SN. Anggota DPRD Pinrang itu sedang tidak berada di kantor pada Senin (21/11/2016) pagi. Nomor selulernya pun tak aktif.
Pengeroyokan terhadap Rsk dipicu persoalan uang Rp 75 ribu. Demikian disampaikan RSK kepada wartawan saat dimintai keterangan di Polres Pinrang, Senin (21/11/2016).
"Nelda (salah seorang tersangka) punya utang sama saya Rp 75 ribu. Lama sekali dia tidak membayar," cerita Rsk.
Ia menjelaskan, Nelda sudah berkali-kali menjanjikan akan mengembalikan uang Rp 75 ribu kepada Rsk. Samapi saat ini belum juga kesampaian.
"Itulah sebabnya saya jengkel dan mengunggah fotonya di Facebook disertai kata-kata kotor," sambung RSK. Belakangan postingan itu sudah dihapusnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.