Tiga Warga Desa Sukamulya Ditangkap Lantaran Bawa Ketapel
Sunadi tidak pernah bermimpi bisa merasakan ruang tahanan lantaran dituding melawan petugas.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Carsiman (45), Sunadi (45), dan Darni (66), datang ke kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Kamis (24/11/2016) dengan wajah sumringah.
Mereka yang sempat mendekam di rumah tahanan Polda Jabar selama sepekan itu datang didampingi istrinya masing-masing.
Sunadi sempat mengutarakan perasaannya meski merasa kelelahan.
Ia tak pernah bermimpi bisa merasakan ruang tahanan lantaran dituding melawan petugas.
Padahal ia yang kesehariannya bertani itu tidak pernah melakukan pelanggaran hukum selama hidupnya.
“Di sini saya hanya sebagai petani, saya tidak menyangka bisa masuk penjara,” kata Sunadi kepada wartawan di kantor LBH Bandung, Jalan Sido Mulyo, Kota Bandung, Kamis (24/11/2016).
Sunadi pun tak pernah menembak katapel sehingga melukai tiga anggota Polri ketika mengamankan pengukuran tanah.
Ia hanya kedapatan membawa ketapel ketika kericuhan terjadi.
Ia pun menjadi orang pertama diamankan ketika terjadi bentrok antara warga dan aparat
kepolisian.
“Tadinya memang saya di depan untuk melerai kericuhan. Baju saya ketarik, kelihatan ketapel saya yang diselip di celana. Lalu saya ditangkap, padahal saya tidak menembaknya,” kata Sunadi
Terlepas dari itu, Sunadi kini bahagia bisa bertemu kembali dengan keluarganya.
Kehadirannya di kantor LBH bandung didampingi Darsem (41), istrinya.
Darsem pun mengaku bahagia bisa bertemu kembali dengan suaminya tersebut.
“Saya waktu bapak ditangkap sedang ada di rumah. Saya tahu bapak ditangkap dari keponakan,” kata Darsem yang sempat panik mendengar kabar tersebut.
Sementara Darni ditangkap di rumahnya.
Ia dijemput polisi setelah bentrokan antara warga dan aparat kepolisian usai dan tidak
menyangka bakal menjadi tersangka lantaran melawan petugas ketika menolak pengukuran tanah untuk pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kamis (17/11/2016).
“Waktu kerusuhan, saya lari ke balai desa karena mata saya pedih kena gas air mata. Sempat kumpul-kumpul di balai desa. Setelah itu saya pulang ke rumah. Lagi buat kopi disergap dari belakang,” kata Darni.
Katapel dan batu yang disimpannya di celana yang membuatnya digiring ke Polda Jabar.
“Setelah itu saya diborgol dan dibawa ke Polda Jabar,” kata dia singkat.
Tiga warga Desa Sukamulya, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, menjadi tersangka akibat terlibat kericuhan dengan aparat kepolisian.
Warga Desa Sukamulya terlibat kericuhan dengan polisi yang mengamankan pengukuran tanah untuk proyek Bandara Internasional Jawa Barat (Jabar) beberapa waktu lalu.
Carsiman, Sunadi, dan Darni sudah bisa menghirup udara bebas, Kamis (24/11/2016), setelah mendapatkan penangguhan penahanan.
Istri ketiga petani dan sejumlah lembaga menjadi penjamin ketiga tersangka itu.
Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandung, Arip Yogiawan, mengatakan, pihaknya akan mendampingi ketiga tersangka dalam menjalani proses hukum.
Pihaknya juga akan memberikan bantuan hukum terhadap ketiga tersangka itu.
"Kami kawal proses pidananya, bantuan hukum tetap ada dan terbuka," kata Arip kepada wartawan di kantor LBH Bandung, Jalan Sidomulyo, Kecamatan Cibeunying Kaler, Kota Bandung, Kamis (24/11/2016).
Arip mengatakan, penyidik sempat meminta ketiga tersangka untuk kooperatif setelah mendapatkan penangguhan penahanan.
Penyidik, kata dia, menyampaikan masih ada kemungkinan proses pemeriksaan dan
pelimpahan berkas ke kejaksaan.
"Dari kami dan tersangka sanggup untuk koiperatif. Tidak hanya kami, para penjamin, mereka bersedia menjamin tiga tersangka ini kooperatif selama polisi meminta pemeriksaan," kata Arip.
Dikatakan Arip, pihaknya memang telah meminta penangguhan penahanan untuk ketiga tersangka. Polda Jabar merespon permintaan LBH pada hari ini untuk memberikan penangguhan penahanan.
"Klien kami keluar tepat sekitar pukul 16.00 WIB setelah menjalani proses penangguhan penahanan. Seperti proses administrasi dan lainnya," kata Arip. (cis)