'De, Tanam Saya di Selatan Aji Geriane, di Lemari Ada Tiga Buku Tabungan, Jangan Sedih'
Sebelum menemukan jasad ayahnya tergantung di gudang rumah, Dewa Kamar sempat berpamitan kepada Arka untuk melakukan kegiatan adat di banjar.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Warga Banjar Denjalan, Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, geger, Kamis (1/12/2016) pagi. Tubuh Sang Made Arka (64) ditemukan tergantung di gudang rumahnya.
Berdasarkan pemeriksaan Puskesmas Sukawati II, Arka dinyatakan tewas empat jam sebelum ditemukan.
Pihak kepolisian menyatakan korban tewas karena gantung diri lantaran tak tahan menahan sakit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun Bali (Tribunnews.com Network), korban pertama kali diketahui menggantung oleh anaknya, Dewa Nyoman Kamar.
Sebelum menemukan jasad ayahnya tergantung di gudang rumah, Dewa Kamar sempat berpamitan kepada Arka untuk melakukan kegiatan adat di banjar.
Namun, saat kembali, Dewa Kamar melihat ada seorang pria tergantung di gudang belakang dapur rumahnya.
Dewa Kamar pun shock ketika mendekati sosok tersebut, yang tak lain ayahnya Sang Made Arka.
Sontak Dewa Kamar langsung membangunkan keluarga.
Mereka lantas secara bersama-sama menurunkan jasad Sang Made Arka yang tergantung menggunakan kain tersebut.
Korban diturunkan dengan memotong kain yang membelit lehernya.
Setelah itu, dia langsung dilarikan ke Puskesmas II Sukawati.
Kapolsek Sukawati, AKP Wayan Wisnawa saat dikonfirmasi, membenarkan adanya peristiwa tersebut.
Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), tidak ada tanda-tanda tindak kekerasan terhadap Arka.
Sementara itu, dari hasil pemeriksaan dokter Puskesmas Sukawati II, korban telah dinyatakan meninggal empat jam sebelum jasadnya ditemukan.
"Tidak ada tanda-tanda kekerasan. Korban tewas karena gantung diri. Hal ini sesuai dengan olah TKP dan hasil pemeriksaan medis," ujar kapolsek.
Dari pihak keluarga sendiri, kata AKP Wisnawa, tidak mau memperpanjang kasus ini.
Mereka menerima dengan ikhlas kepergian korban.
Sebab, kata Wisnawa, korban diduga nekat mengakhiri hidupnya lantaran tak kuat menahan sakit perkepanjangan.
Berdasarkan catatan rekam medis, sejak beberapa bulan ini korban memiliki riwayat penyakit ambeien.
Korban sudah sempat melakukan operasi.
Namun tetap saja tak mengurangi rasa sakit karena penyakit itu, sehingga ia memilih untuk menghakhiri hidupnya.
Sebelum ditemukan meninggal, korban juga sempat menulis surat wasiat di atas kertas amplop warna putih bertuliskan, "De, tanam saya di selatan Aji Geriane. Di lemari ada tiga buku tabungan. Jangan sedih. Suksma," tulis korban di kertas amplop tersebut.
Sementara itu, berdasarkan data Bagian Operasional Polres Gianyar, sepanjang Januari hingga 1 Desember 2016, tercatat sudah ada 17 kasus bunuh diri di Gianyar.
Kecamatan paling banyak menyumbang kasus bunuh diri adalah Ubud dan Sukawati sebanyak empat kasus.
Diikuti oleh kecamatan Tampaksiring, sebanyak tiga kasus.
Sementara Kecamatan Payangan, Blahbatuh dan Tegalalang hanya dua kasus.
Kapolres Gianyar, AKBP Waluya mengatakan sebagian besar kasus bunuh diri yang terjadi di Gianyar disebabkan oleh permasalahan ekonomi dan karena menderita penyakit.
Pihaknya berharap Pemda Gianyar lebih memperhatikan kesejahteraan dan kesehatan warganya supaya dapat mengurangi kasus bunuh diri yang terjadi nyaris rutin tiap tahun.
"Sebagian besar bunuh diri karena masalah ekonomi dan sakit. Semoga hal ini menjadi perhatian pemerintah agar lebih memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya," ujarnya.