Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Banyak Terkena Penyakit Penyebab Harga Ayam Naik di Sintang

Satu di antara pedagang ayam potong di Pasar Sayur Tugu BI, Linda (41), mengakui harga ayam naik sejak November 2016.

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Y Gustaman
zoom-in Banyak Terkena Penyakit Penyebab Harga Ayam Naik di Sintang
Tribun Pontianak/Tito Ramadhani
Dodi (35), satu di antara penjual ayam potong mengeluhkan kenaikan harga ayam di Pasar Junjung Buih, Jumat (9/12/2016). Normalnya harga ayam potong dijualnya Rp 35 ribu perkilogram, kini ia terpaksa menjual seharga Rp 45 ribu perkilogram. TRIBUN PONTIANAK/TITO RAMADHANI 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Satu di antara pedagang ayam potong di Pasar Sayur Tugu BI, Linda (41), mengakui harga ayam naik sejak November 2016.

"Daging ayam bersih Rp 40 ribu per kilogram, masih ada bulu harganya Rp 34 ribu per kilogram. Kenaikannya sekitar Rp 5 ribu dari hari biasanya. Naiknya mulai November. Oktober kemarin belum naik," ujar Linda kepada Tribun Pontianak, Jumat (9/12/2016).

Linda memperkirakan kenaikan harga ayam di Sintang lantaran pada September hingga Oktober banyak peternak kehilangan ayamnya karena terserang penyakit.

"Bulan Oktober banyak ayam terkena penyakit, jadi ayam yang dipelihara di sini banyak yang mati. Itu belum sampai di pasar, makanya stok kosong jadi harganya naik. Saya saja pelihara dua ribu ekor waktu itu tinggal 500 ekor yang masih hidup," beber Linda.

peternak ayam di Sintang
Linda penjual ayam di Pasar Sayur Tugu BI, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Jumat (9/12/2016). TRIBUN PONTIANAK/TITO RAMADHANI

Untuk mengatasi kekosongan stok pada waktu itu hingga saat ini, ia terpaksa memasok ayam dari Sungai Pinyuh.

Baca: Harga Ayam di Sintang Naik Jelang Perayaan Natal

"Jadi karena ayam kosong dia naik, kalau banyak sih ndak naik," ujarnya.

Berita Rekomendasi

Di kios dagangannya, Linda setiap harinya bisa menjual sebanyak 150 ekor perhari. Namun karena sempat mengalami gagal panen pada bulan Oktober dan dipengaruhi kenaikan harga ayam, ia kini hanya mampu menjual sebanyak 100 ekor perhari.

"Karena harga ayam ini mahal, kalau murah ramai yang beli. Pembeli ada yang mengeluhkan harga naik, tapi ndak juga seberapa yang mengeluhkan. Mereka kan tahu kalau ayam kosong memang begitu, dari pada ndak ada ayam lebih parah lagi kan. Biar mahal-mahal dia beli, masih untung ada barangnya daripada ndak ada," terangnya.

Dalam sekali mengambil pasokan di Sungai Pinyuh, Linda biasa mengangkut 300 ekor ayam per pikap. Jelang Natal ia menambah jumlah pasokan menjadi 600 ekor yang diangkut dengan dua pikap.

"Natal dan Tahun Baru nanti saya sudah siapkan di kandang milik saya. Ada tiga ribu ekor saya siapkan, jadi aman," sambung Linda.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas