Ratusan Siswa Bikin Akar dari Rajutan dan Tuliskan Harapannya untuk Indonesia
Setiap siswa menulis harapan Indonesia kedepan di sepotong kain yang dirajut hingga menyerupai akar.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Sebanyak 250 siswa SMP Salman Al Faris Bandung memperingati Hari Antikorupsi yang jatuh tepat pada hari ini, Jumat (9/12/2016).
Mereka mengikuti workshop bunyi dan pohon harapan yang digelar KPK bekerjasama dengan Jendela Ide.
Sebagian siswa SMP Salman Alfarisi mendengarkan bunyi dan suara melalui audio yang disetel panitia. Melalui audio itu, siswa bisa memahami nilai-nilai integritas tanpa harus melihat.
Sementara sebagian siswa lainnya membuat akar dari rajutan beberapa potongan kain yang tak terpakai.
Setiap siswa menulis harapan Indonesia kedepan di sepotong kain yang dirajut hingga menyerupai akar.
Nantinya rajutan kain yang digambarkan akar pohon harapan itu itu akan ditampilkan dalam teater musikal raksasa di Jakarta.
Sebanyak 250 siswa SMP Salman Al Faris Bandung memperingat hari antikorupsi , Jumat (9/12/2016). Mereka mengikuti workshop bunyi dan pohon harapan yang digelar KPK bekerjasama dengan Jendela Ide. TRIBUN JABAR/TEUKU MUH GUCI S
Workshop itu merupakan rangkaian sosialiasi nilai integritas Teater Musikal Raksasa. Adanya kegiatan itu diharapkan mengenalkan 10 nilai integritas kepada pelajar khususnya siswa SMP Salman Alfarisi.
"Anak-anak diharapkan bisa memahami, menghayati, mengaplikasikan, dan menyebarkan 10 nilai integritas sejak dini. Selain itu, anak-anak bisa berperan dalam mengoreksi kondisi dalam kehidupan sehari-hari," kata pegiat antikorupsi dari Indonesa Corruption Watch, Sely Martini, di SMP Salman Alfarisi, Jalan Tubagus Ismail VIII, Kota Bandung, Jumat (9/12/2016).
Dikatakan Sely Martini, banyak kasus korupsi melibatkan keluarga akhir-akhir ini. Terakhir, KPK mencokok Wali Kota Cimahi non aktif, Atty Suharty dan suaminya, Itoch Tohija.
Hal itu menunjukkan ada yang salah dalam memahami nilai-nilai kejujuran dalam sebuah keluarga.
"Selama ini tidak ada alat untuk mengajarkan nilai jujur dan berani daalam keluarga," kata Sely.
Berdasarkan kasus itu, kata Sely, upaya pemberantasan korupsi di Indonesia tak dapat lagi dilakukan dengan cara yang biasa.
Ppaya pemberantasan korupsi menurutnya perlu dilakukan cara-cara yang tidak biasa. Apalagi KPK tidak dapat melakukannya sendiri.
"Pendidikan antikorupsi pada anak dan remaja bisa dilakukan dengan pendekatan seni dan imajinatif, ceria, dan bersifat partisipatif agar lebih mudah dipahami," kata Sely. (cis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.