Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Ruminem, Nenek Penambal Ban yang Bertekad Miliki Rumah Sendiri

Dengan penghasilan tidak seberapa, Sukadi (70) dan Ruminem (74) berusaha kuat untuk memiliki rumah sendiri.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Kisah Ruminem, Nenek Penambal Ban yang Bertekad Miliki Rumah Sendiri
Hamzah
Ruminem (kanan) dan Sukadi terlihat rukun dalam menyelesaikan sepeda pancal yang diperbaiki di bengkel miliknya. 

TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Dengan penghasilan tidak seberapa, Sukadi (70) dan Ruminem (74) berusaha kuat untuk memiliki rumah sendiri.

Saat ini, Ruminem dan Sukadi tinggal di bekas rumah saudara Sukadi RT3/RW1 Dusun Bulu, Desa Bulutengger, Kecamatan Sekaran, Lamongan, Jawa Timur.

Rumah berukuran 8 x 15 meter itu telah dijual oleh keponakan mereka kepada orang lain.

Lantainya berupa tanah dan dindingnya dari kayu dan anyaman bambu. Rumah itu sekaligus menjadi bengkel sepeda dan tambal ban yang mereka geluti bersama.

"Karena kosong tidak dihuni, kami dipersilakan tinggal di sini. Tapi saudara suami saya itu meninggal beberapa tahun lalu dan rumah ini kemudian dijual pada orang lain," kata Ruminem, Senin (12/12/2016).

Beruntung bagi Sukadi dan Ruminem karena sang pemilik baru rumah tersebut tetap mempersilakan mereka untuk tetap tinggal di sana.

Namun, Sukadi dan Ruminem harus siap pindah jika sewaktu-waktu pemilik rumah akan menempati rumah tersebut.

BERITA REKOMENDASI

Suami-istri tersebut sebetulnya sudah membeli tanah tak jauh dari bengkel tersebut. Lokasinya masuk ke dalam kampung.

Ia mengaku telah membeli tanah di dalam kampung berukuran 5 x 15 meter yang dibelinya pada tahun 2005 seharga Rp 17 juta hasil tabungan reparasi sepeda dan tambal ban.

Tanah tersebut baru mulai dipondasi dan ditembok secara bertahap sekitar empat tahun lalu.

Bangunan itu belum memiliki atap karena mereka masih belum memiliki uang.

"Ini masih berusaha tabung lagi sedikit demi sedikit, setelah sebelumnya sudah ditembok. Itu juga masih sebatas ditembok belum ada kusennya karena kami juga belum punya uang," kata Sukadi.


Sukadi bertugas melakukan pekerjaan berat seperti memperbaiki sepeda. Adapun Rukinem membantu suaminya dengan melayani tambal dan pompa ban.

Dengan penghasilan rata-rata Rp 40.000 hingga Rp 50.000 sehari, mereka berusaha keras menabung demi keinginan mempunyai rumah sendiri.

"Karena bagi kami, seenak-enaknya tinggal itu ya di rumah milik sendiri," kata Sukadi.

Di rumah itu, mereka tinggal berdua. Dua orang anaknya telah meninggal dunia, sementara seorang lagi tinggal bersama istrinya di rumah mertua di Kecamatan Babat, Lamongan.

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas