Bupati Menduga Ada Kompetitor di Belakang Kelompok Penolak Pabrik Semen di Rembang
Bupati Rembang menduga ada kompetitor di belakang kelompok yang menolak pendirian pabrik semen PT Semen Indonesia di Rembang.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Zainal Arifin
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Pemerintah Kabupaten Rembang menginginkan pabrik semen di Rembang beroperasi. Pabrik tersebut di bawah bendera PT Semen Indonesia.
Bupati Rembang Abdul Hafidz mengatakan adanya pabrik semen membawa banyak manfaat dan telah dirasakan oleh masyarakat meski baru proses pembangunan.
"Perekonomian meningkat, banyak menyerap tenaga kerja. Bekas tambangnya juga ada manfaatnya, tidak seperti penambang lama. Setelah menambang langsung pergi," kata Hafidz usai menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham Bank Jateng di Hotel Gumaya Semarang, Selasa (20/12/2016).
Ia menuturkan penambangan di pegunungan di sekitar area tapak pabrik semen di Rembang sudah ada sejak 1996 silam oleh penambang galian C, jauh sebelum ada rencana pendirian pabrik semen di sana.
Parahnya, Hafidz menambahkan, penambang lama yang tidak menggunakan metode penambangan yang aman justru tidak ada protes. Terlebih lagi sistem reklamasi pascapenambangan tidak jelas.
"Saya justru ingin pabrik semen (Semen Indonesia) menjadi contoh bagi penambang lainnya. Bagaimana cara penambangan yang baik tidak merusak lingkungan, bagaimana reklamasinya," ucap dia.
Lebih lanjut Hafidz mengungkapkan, manfaat yang sering dirasakan oleh masyarakat adalah penyaluran dana corporate social responsibility (CSR).
Ia menyebut lebih dari Rp 25 miliar telah dinikmati masyarakat Rembang mulai dari warga sekitar pabrik hingga meluas warga Rembang di area perkotaan.
"Jika pabrik semen ini jelas bagaimana besarnya dana CSR, bantuannya. Yang jelas besar. Karena permohonannya dari berbagai kalangan. Semua difasilitasi pabrik semen. Jadi sangat bermanfaat bagi masyarakat," papar dia.
Saat ditanya adanya masyarakat yang menolak, Hafidz menyebut tidak ada 5 persen dari total masyarakat Rembang. Sebagian yang menolak bukan warga Rembang terdampak.
"Mereka itu ada yang dari Blora dan Pati. Kalau yang menolak itu sangat kecil sekali tidak sampai 5 persen," ia menambahkan.
Meski terhitung sedikit, aksi penolakan pabrik semen di Rembang sangat ramai. Warga yang menolak mendirikan tenda perjuangan di depan Kantor Gubernur Jawa Tengah sejak Senin (18/12/2016).
"Saya kira mereka seperti itu karena ada yang di belakangnya, kompetitorlah," duga Hafidz.
Pemkab Rembang sebenarnya sudah mencoba memediasi dengan mengajak bicara kelompok warga yang pro dan kontra terhadap pendirian pabrik semen. Agar konflik tidak berkepanjangan.
"Secara teknis, kami tidak masuk konfliknya. Kita hanya selalu mendorong apa yang menjadi kebuntuan dari pabrik semen. Tapi ya begitulah," terang dia.