Empat Hektar Perkebunan di Banjanegara Ambles Sedalam Enam Meter, Warga Ketakutan
Aliran sungai Pekacangan menjadi bumerang bagi warga dusun Tempuran, Desa Sijenggung, Banjarmangu.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Aliran sungai Pekacangan menjadi bumerang bagi warga dusun Tempuran, Desa Sijenggung, Banjarmangu.
Sejak peristiwa banjir bandang beberapa tahun silam, aliran sungai itu berbelok arus dan menciptakan kanal baru.
Posisi sungai kini semakin mepet ke lereng pemukiman warga. Akibatnya, tebing sungai terus tergerus dan mengancam pemukiman warga yang berada di atasnya.
"Posisi kampung berada di atas tikungan sungai. Tekanan air lebih besar dan terus mengikis tebing," kata Puji warga RT 03 RW 01, dusun Tempuran, Sijenggung, Selasa (20/12).
Bagi Puji, ancaman longsor di dusunnya sudah di depan mata. Beberapa waktu lalu, sekitar 4 hektar perkebunan warga di lereng tebing sungai telah ambles dengan kedalaman sekitar 6 meter, sehingga merusak ribuan tanaman salak.
Peristiwa itu diikuti melebarnya retakan puluhan bangunan rumah warga akibat pergerakan tanah.
"Kalau hujan kami selalu was-was. Karena tebing sungai sudah longsor, kami takut rumah kami ikut tertarik ke bawah,"katanya
Puji menyadari, ancaman longsor di dusunnya juga disebabkan oleh ulah manusia. Bebatuan raksasa di pinggiran sungai yang sempat menjadi benteng alami untuk menangkal terjangan arus, kini telah hilang karena ditambang warga.
Sementara tanamam penyerap air yang mampu menahan erosi, di antaranya pohon bambu, juga telah habis dibabat. Lereng tebing sungai kini telah berubah jadi areal persawahan dan perkebunan salak.
"Dulu pas masih banyak batu besar, jarang terjadi erosi,"katanya
Bronjong sepanjang 100 meter dengan tinggi sekitar 3 meter dan lebar 2,5 meter yang ditanam pemerintah di sisi sungai beberapa tahun lalu, seolah tak berarti apa-apa.
Bronjong itu ambrol lantaran tak kuat menahan terjangan arus. Sebagian material hanyut terseret arus.
Puji berharap, aliran sungai dapat dikembalikan seperti sedia kala, agar lebih berjarak dengan lereng tebing.
Dengan demikian, ancaman erosi dapat terkurangi. "Kalau dipasang bronjong lagi seperti dulu pasti akan ambrol lagi. Karena kalau hujan, arusnya besar," katanya. (*)