Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lahir Tanggal 25 Desember, Pria Ini Bernama ''Slamet Hari Natal''

Begitu juga dengan yang tertera pada KTP dan kartu keluarga miliknya. Di situ tertulis nama "Slamet Hari Natal".

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Lahir Tanggal 25 Desember, Pria Ini Bernama ''Slamet Hari Natal''
Kontributor Malang, Andi Hartik
Slamet Hari Natal saat menunjukkan KTP miliknya di rumahnya, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Selasa (27/12/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Pria di Jalan Sangadi, RT 24 RW 8, Desa Wonomulyo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur, ini memliki nama yang unik.

Karena lahir bertepatan dengan perayaan Natal, yakni pada 25 Desember 1962, ia lantas diberi nama Slamet Hari Natal.

"Iya, itu benar nama saya," katanya saat ditemui di rumahnya, Selasa (27/12/2016).

Begitu juga dengan yang tertera pada KTP dan kartu keluarga miliknya. Di situ tertulis nama "Slamet Hari Natal".

"Sebenarnya, Selamat Hari Natal, tetapi karena orang Jawa, jadinya Slamet. Terus di KTP juga tertulis begitu," ujarnya.

Ia menceritakan awal mula orangtuanya memberi nama Slamet Hari Natal. Ketika itu, ia dilahirkan di rumah Akas Kiyo, seorang bidan di Desa Kebonsari, Tumpang.

Kebetulan, bidan desa itu beragama Kristen Jawi Wetan. Karena lahir bertepatan dengan perayaan hari Natal, bidan itu menyarankan supaya diberi nama Selamat Hari Natal yang kemudian menjadi Slamet Hari Natal. Saran bidan itu diterima oleh orangtua Slamet yang sebenarnya beragama Islam.

Berita Rekomendasi

"Pas melahirkan di salah satu bidan, orangtua melahirkan pas Natal. Ketimbang mikir buat nama sulit-sulit, diberi nama Slamet Hari Natal," katanya.

Slamet Hari Natal saat ini sudah berusia 54 tahun. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Ngatinah dan Syamsuri.

Ia hanya memiliki satu saudara, yaitu kakak perempuannya yang bernama Mujiati.

Meski bernama Slamet Hari Natal dan beragama Islam, ia mengaku tidak pernah mendapat makian. Menurut dia, di kampungnya sudah terjalin rasa toleransi.

"Tidak pernah (dicaci). Di sini sudah toleran," katanya.

Kontributor Kompas.com Malang/Andi Hartik

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas