Ia tetap mendampingi para siswa yang bekerja di tengah hujan. Sudah kepalang basah, katanya. Setelah beberapa saat, lanjut dia, hujan bukannya mereda, melainkan justru bertambah deras.

"Karena semua dalam kondisi basah, saya bilang ke mereka, tak mungkin melanjutkan aktivitas belajar mengajar dalam kondisi seperti itu. Saya minta mereka untuk pulang saja," tutur Gunawan.

Saat itu beberapa siswa ‎bertumbangan, lantaran sebelumnya sudah dalam kondisi kurang fit, tapi tak mau keluar dari barisan.

"Saya pun meminta kepada guru dan yang lain untuk mengevakuasi para siswa yang jatuh pingsan, baik dibawa ke Puskesmas maupun ke rumah sakit," akunya.

‎Hingga Sabtu siang  masih terdapat dua siswa mendapat perawatan medis di puskesmas setempat, dan dua lainnya di RSI Sultan Hadlirin.

"Hari ini tadi saya sampai tiga kali mengunjungi mereka, yang terakhir bareng dengan pak Plt. Bupati juga. Kami akan menanggung seluruh biaya perawatan, ini tanggungjawabsaya," ujar Gunawan.

Usai insiden tersebut ia mengumpulkan para guru dan pihak terkait lain.

"Saya minta mereka mengevaluasi saya. Jika memang selama masa kepemimpinan saya, dalam tiga tahun ini ada yang salah, silakan kritik. Akhirnya disepakati, bahwa cara-cara seperti kemarin tak akan diterapkan lagi. Dalam pendidikan karakter, kita lebih gunakan pendekatan yang soft," imbuh dia.

Persoalan ini sudah disampaikan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jateng. Tak menutup kemungkinan akan ada pihak tak terima dan melaporkan hal ini ke pihak kepolisian.

"Sekarang saya pasrah saja, apa pun konsekuensi ini akan saya terima. Saya sepenuhnya bertanggungjawab, baik terhadap siswa yang mendapat perawatan di puskesmas dan rumah sakit, maupun yang tidak. Saya juga sudah menyambangi para siswa ke rumah masing-masing," tegasnya.‎