Ironis! Harga Cabe di Pasar Rp 150 Ribu, Tapi Harga Jual Petani di Grobogan Cuma Rp 35 Ribu
Curah hujan tinggi memicu bertambahnya biaya perawatan tanaman cabai di Grobogan, Jawa Tengah.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Puthut Dwi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN - Curah hujan tinggi memicu bertambahnya biaya perawatan tanaman cabai di Grobogan, Jawa Tengah.
Ironisnya, mahalnya ongkos perawatan itu tak sepadan harga jual cabai di tingkat petani yang relatif murah dibandingkan harga di pasaran yang meroket.
Petani Grobogan harus bekerja ekstrakeras merawat tanaman cabai agar tak gagal panen pada musim penghujan ini.
Mereka harus merogoh kocek yang tinggi agar hasil panennya optimal.
"Jika cuaca normal, satu batang mampu menghasilkan delapan ons cabai siap panen atau sekitar delapan ton cabai siap panen di lahan setengah hektare," kata Masruri (45), petani cabai Desa Trisari, Kecamatan Gubug.
Karena curah hujan yang tinggi, satu batang hanya mampu menghasilkan dua ons cabai atau sekitar dua ton cabai siap panen di lahan setengah hektare.
Berkurang lebih dari separuh panen biasa.
Masruri harus banting tulang merawat lahan setengah hektare miliknya yang ditanami ribuan tanaman cabai supaya tak layu.
Seminggu dua kali ia mengeluarkan biaya Rp 250 ribu.
Mulai dari penyiangan, pemupukan, penyemprotan hingga biaya upah tenaga.
Masa tanam hingga masa panen selama tiga bulan memerlukan 24 kali penyemprotan, mengeluarkan biaya sekitar Rp 6 juta.
Namun, hasil yang diperolehnya terkadang tak sesuai harapan.
Di tingkat petani, harga jual cabai Rp 35 ribu per kilogram.