Cerita Seram dari Jembatan Bekacak Sebelum Hanyutnya Sejoli asal Malang
Cerita soal banyak pengguna jembatan yang hanyut diterjang derasnya arus Sungai Kedunglarangan bukan hanya sekali dua kali melainkan sudah berulang
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, PASURUAN - Jembatan Bekacak yang menghubungkan antara Dusun Bekacak, dengan Dusun Tamanan, Desa Oro–oro Ombo Kulon, Kecamatan Rembang, Pasuruan ternyata sangat membahayakan.
Cerita soal banyak pengguna jembatan yang hanyut diterjang derasnya arus Sungai Kedunglarangan bukan hanya sekali dua kali melainkan sudah berulang kali.
Eko (41), warga Tamanan mengatakan, arus air di sungai ini memang sangat membahayakan saat banjir.
Menurutnya, warga pun tidak ada yang berani nekat menerjang saat banjir.
"Memang jembatan ini menjadi penghubung dan memutus jarak tempuh yang cukup dominan dibandingkan putar balik. Tapi kalau hujan, ya sudah tidak ada yang berani lagi," katanya.
Dia mengatakan, arus sungai ini memang cukup deras. Ia bercerita karakter sungai Kedunglarangan ini berbeda dengan sungai-sungai lainnya.
"Kelihatannya saja tenang dan tidak ada arusnya. Tapi, sewaktu-waktu arus diam ini sangat berbahaya. Makanya, harus berhati-hati kalau beraktivitas di sungai ini," terangnya.
Warga lainnya, Kahfi mengatakan bahwa sungai ini sangat bahaya dan tidak bisa dilewati saat banjir.
Namun, saat air surut, kendaraan bisa melewati jembatan yang menghubungkan dua desa di dua kecamatan yang berbeda. "Sangat bahaya sekali," katanya.
Dia mengatakan, ada tiga orang yang setidaknya pernah disapu derasnya air sungai ini. Penyebabnya karena mereka tetap nekat melintas saat banjir besar.
Padahal, ia mengaku bahwa warga sudah memberi tanda jika sungai sedang banjir.
"Sebelum masuk ke jembatan ini, kami memasang rambu yang tulisannya itu stop banjir. Itu sebagai tanda kalau jembatan tidak bisa dilalui," jelasnya.
Bagi yang tidak tahu, kata dia, memang dikira tanda itu sebagai guyonan belaka. Namun, itu yang dilakukan warga selama ini.
"Warga yang paham dengan tanda itu pasti akan putar balik dan tidak nekat menerjang melintasi jembatan ini," pungkasnya.
KRONOLOGI:
1. Selasa (24/1/2017) , Wahyudi (25) warga Klayatan, Kecamatan Sukun, Malang dan kekasihnya Felansia Indriani (221) warga Desa Kalitelo, Kecamatan Donomulyo, Malang pergi ke Lumajang.
2. Mereka berdua ke Lumajang itu untuk pergi ke rumah dosen Felansia di sebuah akademi perawat di Pandaan yang tinggal di Lumajang.
Tujuannya adalah untuk bimbingan skripsi. Mereka tak sendiri, melainkan bersama tiga pasangan lainnya. Total rombongan adalah empat sepeda motor dan delapan orang.
3. Usai dari Lumajang, mereka ini pulang ke Pandaan. Di tengah jalan, pasangan Wahyudi dan Felansia ini berpisah dengan tiga teman lainnya.
4. Alhasil, Wahyudi dan Felansia ini harus pulang sendiri. Mereka tidak terlalu hafal dengan jalanan di Pasuruan.
5. Mereka melintas di wilayah Rembang, hingga masuk jalan Oro-oro Ombo Kulon. Mereka pun mengarah ke Bekacak, Kelurahan Kolursari, Kecamatan Bangil.
6. Sampai di jembatan bekacak, mereka menyebrang ke jembatan Bekacak yang menghubungkan antara desa setempat dengan Dusun Tamanan, Desa Oro – oro OmboKulon, Kecamatan Rembang,
7. Awalnya, mereka tak melihat ada air pasang. Saat di tengah - tengah jembatan, air di Sungai Kedunglarangan ini mendadak pasang.
8. Seketika itu, keduanya diterjang derasnya air banjir itu. Keduanya hanyut bersama sepeda motor Yamaha Vixion yang dikemudikan Wahyudi
9. Wahyudi berhasil selamat karena ia bisa berenang. Ia berpegang pada pohon yang ada di dekat sungai ini. Sedangkan kekasihnya, Falensia belum ditemukan hingga saat ini.