Salut! Badut Ini Keliling Kampung Ajar Baca Tulis bagi Warga Buta Huruf
Di tengah aktivitasnya mengajar, dia juga kerap melempar joke-joke ringan untuk menghangatkan suasana agar tidak terkesan tegang.
Editor: Wahid Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ada kelas belajar kecil di ujung gang Jalan Pawiyatan Surabaya, Senin (30/1/2017).
Muridnya ibu-ibu rumah tangga, beberapa terlihat menggendong anak.
Pengajarnya, seorang pria berpakaian unik seperti badut.
Berkostum warna warni, bertopi, berkacamata dan mengenakan hidung pasangan.
"Ayo ibu-ibu, tidak usah malu, kita semua di sini belajar," kata Harris Rizki, pengajar yang berpakaian badut tersebut.
Ibu-ibu itupun kembali mengulang bacaan yang ditulis Harris dalam sebuah papan yang disandarkan pada tiang penyangga salah satu rumah warga.
Pria 34 tahun itu terus mengeja bacaan berulang-ulang dan ditirukan ibu-ibu muridnya.
Mengajar warga buta huruf di pemukiman padat penduduk dilakoni pria jebolan Fakultas Pendidikan, jurusan Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ini sejak beberapa tahun terakhir.
Hal itu sebagai bentuk keprihatinan dia, karena banyak warga kota Surabaya yang masih buta huruf.
"Sejak lulus kuliah saya memang sudah berjanji pada diri sendiri untuk turun ke tengah-tengah masyarakat, dan mengentas buta huruf," kata Harris.
Aktivitasnya itu dilakukan bisa sampai dua hari dalam sepekan.
Sebelum ke kampung Pawiyatan, dia juga pernah mengajar di kawasan kampung Wonokromo, dan kampung Gundih.
Dia memang memilih kampung-kampung padat penduduk, karena dia yakin, di situ banyak warga buta huruf yang tidak sempat belajar karena aktivitas rumah tangganya.
Tidak hanya mengenakan pakaian unik, dalam tas Harris juga dipenuhi puluhan buku bacaan untuk anak-anak.
"Saya senang kalau lihat anak-anak belajar bersama ibu-ibu, hanya ini yang bisa saya berikan untuk masyarakat," jelasnya.
Harris memilih mengenakan kostum lucu, agar murid yang diajarnya tidak bosan.
Di tengah aktivitasnya mengajar, dia juga kerap melempar joke-joke ringan untuk menghangatkan suasana agar tidak terkesan tegang.
Selain memiliki kostum badut, Harris juga masih memiliki sejumlah koleksi kostum di antaranya Hanoman dan Gatot Kaca.
Tutik, salah satu ibu-ibu yang ikut belajar di kelas belajar gratis di kampung Pawiyatan yang digelar Harris mengaku sangat senang mengikuti pembelajaran baca dan tulis yang digelar Harris.
"Jarang ada orang seperti dia yang masih mau keluar masuk kampung tanpa diberi bayaran," kata ibu empat anak ini.
Warga di tempatnya sangat antusias jika Harris datang untuk mengajar ibu-ibu dan sebagian anak-anak, meski yang diajarkan hanya baca dan tulis.
"Penampilannya unik, jadi banyak menyita perhatian warga," ucapnya.
Penulis : Kontributor Surabaya, Achmad Faizal
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.