Kisah Kamari Pengumpul Sampah Plastik yang Temukan Ratusan Mayat di Bendungan Sengguruh
Di Bendungan Sengguruh inilah, Kamari kesehariannya mencari nafkah dengan mengumpulkan sampah plastik untuk dijual kembali.
Editor: Dewi Agustina
Ayah dua anak ini sudah kebal dengan bau mayat yang membusuk. Bahkan Kamari mengaku tidak pernah mencium bau busuk mayat.
Karena setiap ada mayat yang dipikirkannya adalah lekas membawa ke daratan.
Kamari berkisah, pernah mengangkat mayat yang kondisinya sangat buruk.
Saat diangkat, tangan mayat tersebut terlepas dari tubuhnya. Namun Kamari tidak jijik, dan kembali mengambil potongan tubuh yang lepas.
"Mungkin karena sudah terlalu lama di air, makanya lepas. Sudah biasa, saya tidak risih sama sekali. Saya angkat dengan tangan saya," tutur Kamari.
Kakek tiga cucu ini memang diakui jasanya. Kamari tidak pernah mengharap pemberian, karena mengevakuasi mayat dilakukan dengan ikhlas.
Namun tim SAR dari PMI atau kepolisian kerap memberinya uang karena bantuannya tersebut.
"Kalau diberi ya saya terima, tapi kalau tidak diberi juga tidak apa-apa. Tujuan saya memang menolong, bukan mencari upah," tambahnya.
Baca: Pesan Kesedihan dalam Buku Harian Napi yang Tewas Gantung Diri
Perahu Baru
Selama ini, Kamari selalu mengandalkan perahu tua. Perahu tersebut juga menjadi sandaran hidupnya, untuk memungut sampah plastik untuk dijual kembali.
Namun nahas, perahu tersebut kini bocor parah. Bahkan kebocorannya tidak mungkin ditambal lagi.
Sudah tiga bulan Kamari harus berhenti mengarungi Bendungan Sengguruh.
Pekerjaan mengumpulkan sampah dilakukan hanya dari tepi bendungan.
Namun jasa besar Kamari yang sudah mengevakuasi ratusan mayat di Bendungan Sengguruh mendapat perhatian dari kepolisian, pemerintah, Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) dan Kepanjen Lighting Bikers Community (KLBC).