Saung di Lapas Sukamiskin akan Dibongkar
napi meminta saung dibongkar setelah ada penggantinya sebab saung itu dianggap mampu menampung pengunjung yang datang dalam jumlah banyak
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jabar Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Keberadaan saung di tengah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Sukamiskin akan dievaluasi Kanwil Kemenkum dan HAM Jabar.
Sebab saung-saung itu memang akan dibongkar dalam waktu dekat ini.
"Memang perintahnya diratakan," kata Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Kemenkum dan HAM Jabar, Molyanto, Jumat (10/2/2017).
Namun, kata Molyanto, belum dipastikan kapan pembongkaran akan dilakukan.
Pihaknya masih mencari solusi untuk menampung pengunjung yang datang ke lapas yang banyak dihuni napi kasus korupsi itu.
"Kami juga melakukan dialog dengan warga binaan. Tidak menerapkan tangan besi," kata Molyanto.
Dikatakan Molyanto, napi meminta saung dibongkar setelah ada penggantinya sebab saung itu dianggap mampu menampung pengunjung yang datang dalam jumlah banyak.
"Nanti ada penggantinya, sedang direncanakan tempatnya lebih luas dan layak," kata Molyanto.
Di tengah hebohnya pemberitaan soal plesiran, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Sukamiskin juga disebut-sebut memiliki fasilitas khusus untuk narapidananya. Fasilitas khusus itu berbentuk saung elit atau eksklusif yang ada di tengah-tengah penjara peninggalan zaman Belanda itu.
Kepala Lapas Kelas I Sukamiskin, Dedi Handoko, membantah jika di dalam lapasnya ada saung elit atau eksklusif. Menurutnya, saung yang ada di dalam lapas itu seperti pada umumnya.
"Itu persepsi masiing-masing, ada yang bilang lux, mewah, dan sebagainya, tapi tidak seperti itu. Katakanlah ada kulkas karena ada kantin. Ada kompor ya buat masak indomi. Kami tidak tahu juga ndikator mewah itu," ujar Dedi kepada wartawan di Lapas Kelas I Sukamiskin, Jalan AH Nasution, Kota Bandung, Rabu (8/2/2017).
Dikatakan Dedi, saung itu tak digunakan narapidana tertentu.
Menurutnya, saung itu dipakai untuk umum.
Pengunjung yang datang diperbolehkan memakai saung itu.
Diakuinya jika sarana dan prasarana untuk pengunjung belum memadai.
"Yang bangun itu memang inisiatif warga binaan tapi itu sudah lama. Ada 36 saung, tapi tidak tahu kapan dibuat. Yang jelas selama saya di sini tidak ada lagi yang bangun saung," kata Dedi. (cis)