Jero Wijaya Mimpi Buruk Sebelum Longsor Timbun 7 Warga Desa Songan
Jero Wijaya mengaku putranya, Laksamana Sukardi Sho, merasakan mimpi tak mengenakkan sebelum longsor melanda Desa Songan, Bangli, Bali.
Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Jero Wijaya mengaku putranya, Laksamana Sukardi Sho, merasakan mimpi tak mengenakkan sebelum longsor melanda Desa Songan, Bangli, Bali.
Laksamana, ungkap Jero Wijaya, memiliki hubungan dekat dengan Ni Nengah Resmi Restiti, salah satu anggota keluarga yang menjadi korban longsor.
Sebanyak tujuh warga Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, meninggal akibat longsor pada Jumat (10/2/2017). Restiti dan dua anaknya meninggal dalam musibah ini.
Laksamana mengaku mendapat mimpi giginya copot dan mengeluarkan mayat dari dalam rumah dan juga ada mayat yang tertimbun.
Baca: Warga Kintamani: Sebelum Longsor Datang Petir Bersahutan
Baca: Warga Desa Songon Buat Keranda Jenazah Korban Longor
Baca: 13 Orang Meninggal Dalam Musibah Longsor di Kintamani
"Anak saya ini cukup dekat dengan korban. Dulu korban kerja di hotel saya. Nah, yang merawat anak saya sejak kecil itu ya si korban ini," ungkap Jero Wijaya kepada Tribun Bali di lokasi evakuasi, Sabtu (11/2/2017).
Dikatakan Jero Wijaya, empat tahun lalu longsor melanda Desa Songan, lima orang meninggal. Ia mendapat mimpi buruk sebelum longsor kali itu.
Dalam mimpinya Jero Wijaya melihat banyak orang memburu kawanan ular di lokasi yang menjadi lokasi terjadinya bencana longsor pada 2013 dan 2017.
"Jadi lokasi mimpi saya itu sama. Dua-duanya di tempat yang saya impikan. Selanjutnya ular dimasukkan ke dalam goa oleh banyak orang. Sampai saat ini saya belum tahu apa maksudnya," ucap dia.
Jero Wijaya tetap memohon supaya warga Desa Songan khususnya dan Bali pada umumnya dijauhkan dari bencana alam. Sehingga warga dapat hidup normbal kembali.