Ruang Publik Baru Diresmikan, Juru Parkir Dadakan pun Bermunculan
Banyaknya pengunjung yang datang ke beberapa ruang publik itu tak dibarengi dengan keberadaan kantong parkir khusus pengendara pengunjung.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Kehadiran sejumlah ruang publik baru di Kota Bandung menjadi daya tarik sendiri untuk warganya.
Warga pun banyak yang datang ke beberapa ruang publik seperti taman tematik di Kota Bandung di hari libur itu.
Beberapa taman yang banyak dikunjungi warga saat libur itu, yaitu Taman Super Hero, Taman Balai Kota, Taman Vanda, dan Taman Sejarah.
Selain itu, Teras Cihampelas pun banyak dikunjungi warga untuk menghabiskan waktu di hari libur.
Namun banyaknya pengunjung yang datang ke beberapa ruang publik itu tak dibarengi dengan keberadaan kantong parkir khusus pengendara pengunjung. Akibatnya banyak bermunculan “juru parkir dadakan”.
Juru parkir dadakan ini memanfaatkan sebagian trotoar, sebagian badan jalan, dan lahan milik pemerintah untuk lokasi penitipan sepeda motor para pengunjung.
Juru parkir dadakan ini pun terlihat mengenakan setelan santai ketika sedang bekerja. Dengan kaus, celana pendek atau jins, disertai tas kecil, mereka menarik uang dengan nominal bervariasi.
Taman Vanda misalnya, meski sepi pengunjuung, taman yang tepat berada di antara Polrestabes Bandung, Kantor Bank Indonesia, dan Balai Kota Bandung itu banyak terparkir sepeda motor.
Warga yang berkunjung ke Taman Balai Kota menitipkan parkir sepeda motornya ke juru parkir dadakan yang beroperasi di sekitar Taman Vanda atau tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan.
Juru parkir dadakan itu memanfaatkan sebagian ruas Jalan Perintis Kemerdekaan, mulai dari belokan Jalan Merdeka sampai Persimpangan Wastukencana.
Tak ayal, ruas jalan tersebut terjadi penyempitan jalan sehingga kendaraan harus melaju secara perlahan.
Sejumlah sepeda motor pun terparkir di bawah plang dilarang berhenti di pinggir Jalan Perintis Kemerdekaan.
Juru parkir dadakan di Taman Vanda yang mengaku bernama Joko (23), telah menjalankan profesinya selama setahun.
Baca: Ceritakan Perselingkuhannya saat Istri Sedang Hamil, Bagus Akhirnya Digerebek
Pria yang mengaku tinggal di Jalan Suci itu menjadi juru parkir dadakan setelah melihat banyak pengunjung taman Balai Kota memarkirkan kendaraannya di Taman Vanda.
"Waktu itu dulu kan saya mengamen di Taman Vanda, kemudian saya tanya sama satpam (BI), boleh tidak jadi tukang parkir di sini, karena tidak ada masalah ya saya akhirnya seperti sekarang," kata Joko, Minggu (26/2/2017).
Joko mengaku, kegiatan yang dijalankannya itu sudah seizin Pemerintah Kota Bandung. Meski tak menggunakan seragam resmi, ia mengaku telah mengantongi kartu anggota juru parkir.
Ia pun menyetor uang sebesar Rp 15 ribu ke instansi terkait.
"Dulu pernah diusir-usir, cuma sekarang resmi," kata Joko.
Setidaknya ada tujuh juru parkir dadakan yang merupakan satu kelompok dengannya.
Namun diakui hanya tiga juru parkir dadakan di Taman Vanda yang memiliki izin dari instansi terkait.
Berbeda halnya di Taman Sejarah, juru parkir dadakan ini memanfaatkan lahan milik pemerintah Kota Bandung. Lahan milik pemerinta itu berada di bagian utara Balai Kota Bandung.
Mereka pun juga memanfaatkan lahan pribadi di seberang Taman Sejarah untuk parkir para pengunjung taman yang baru diresmikan awal Februari lalu.
"Kami sudah meminta izin ke wali kota dan dinas perhubungan untuk memakai lahan ini dari pada kosong dan semrawut," kata koordinator parkir di Taman Sejarah, Yadi.
Pantauan Tribun, tarif parkir yang ditarik sebesar Rp 2 ribu sampai Rp 3 ribu. Namun Yadi mengatakan, pungutan itu bukan pungutan yang ditarget melainkan rasa terima kasih pengunjung kepada juru parkir.
"Juru parkir itu juga masih warga sekitar semua, jadi kegiatan ini juga memberdayakan pemuda," kata Yadi.
Hasil parkir yang didapat, memang belum disetor ke dinas perhubungan lantaran masih menunggu legalitas. Ia mengaku hasil parkir dibagikan kepada warga yang terlibat secara merata.
"Ada 10 warga yang terlibat kegiatan parkir di Taman Sejarah itu. Kalau sepi paling dua orang," ujar Yadi.
Sementara itu juru parkir dadakan di Teras Cihampelas terpantau mulai di beberapa titik di Jalan Cihampelas. Di antaranya di atas trototar di depan kampus STBA Yapari-ABA Bandung.
Selain itu, di seberang Hotel Aston Cihampelas pun banyak terlihat kendaraan bermotor parkir di atas trotoar.
Salah satu juru parkir dadakan, Acep (70), mengaku baru menjalankan profesinya setelah Teras Cihampelas diresmikan.
Banyaknya pengunjung yang mendatangi ruang publik itu kesulitan memarkirkan kendaraannya.
Baca: Ceritakan Perselingkuhannya saat Istri Sedang Hamil, Bagus Akhirnya Digerebek
Tak ayal, warga sekitar memanfaatkannya trotoar untuk lahan parkir kendaraan pengunjung.
"Yang mengelola warga. Beda titik, beda pengelolanya kalau di tempat saya RW yang mengelolanya," kata Acep.
Petugas parkir di Jalan Prof Eyckman, Yaya, membenarkan jika banyak bermunculan juru parkir di Jalan Cihampelas setelah Teras Cihampelas didirikan.
Namun ia tidak mengetahui resmi atau tidaknya juru parkir tersebut.
"Setahu saya yang resmi cuma ada beberapa," kata Yaya.
Meski begitu ia tak merasa dirugikan dengan kehadiran juru parkir dadakan itu. Sebab ia menilai banyak pengunjung yang kesulitan mencari lokasi parkir.
"Intinya berbagi rezeki, dulu sebelum ada Teras Cihampelas saya cuma mengandalkan Minggu saja karena banyak yang parkir ke gereja. Sekarang lumayan banyak," kata Yaya. (cis)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.