Rawan Longsor, Sekjen PKB Minta Pemda Jateng Pasang Sistem Peringatan Dini
Sekjen PKB Abdul Kadir Karding, meminta relawan AKK Center mengumpulkan info lokasi rawan banjir dan longsor di Temanggung
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sekjen PKB Abdul Kadir Karding, meminta relawan AKK Center mengumpulkan info lokasi rawan banjir dan longsor di Temanggung, Wonosobo, Purworejo, dan Magelang.
“Kita berdoa bencana alam tidak terjadi, namun kita juga perlu siaga bila ujian bencana datang, agar tak tergopoh-gopoh,” kata Karding dalam keterangan pers, Senin (27/2/2017)
Banjir dan longsor di Kawasan dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo pada Minggu (26/2/2017) kemarin, menurut Karding, seharusnya menjadi pembelajaran bagi kabupaten lain untuk lebih siaga bencana.
Mengantispasi bencana alam, menurutnya, tiap pemerintah kabupaten atau kota harus menyiapkan anggaran dana tak terduga antara Rp 4miliar-5 miliar. Harga
“Saya dengar Provinsi Jateng juga sudah menyiapkan anggaran dana tak terduga hingga Rp 42 miliar,” ujarnya.
Berdasar informasi yang didapatkan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Karding mencatat dari November ke Desember 2016 hingga Januari, Februari dan Maret 2017 La Nina akan terus meningkat sehingga potensi longsor akan semakin tinggi.
Bencana longsor dan banjir, kerap terjadi di Magelang, Temanggung, Wonosobo dan Purworejo sejak Oktober 2016 lalu. "Semakin tinggi curah hujannya, semakin tinggi potensi longsor dan bencana yang akan dihadapi. Untuk itu relawan AKK, masyarakat dan pemerintah harus berupaya bersama," kata Anggota Komisi III DPR itu.
Selain menyiapkan relawan tanggap bencana, Karding mendesak masing-masing pemerintah kabupaten dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah memperkuat mitigasi dengan memasang sistem peringatan dini longsor di beberapa tempat rawan longsor, reboisasi kawasan rawan longsor, sosialisasi kepada warga pemukiman di daerah rawan longsor dan melatih masyarakat untuk siap menghadapi banjir maupun longsor.
Karding, mengingatkan bahwa Juni 2016, dua desa di Purworejo, tepatnya di Karangrejo dan Desa Donorati bencana longsor telah menyebabkan sekitar 30 orang tewas, 13 hilang, 16 luka-luka dan rumah-rumah hancur. Karenanya ia mendesak pemkab atau pemprov serius memperhatikan wilayah tersebut. Apalagi, sebagian wilayah itu tanah gambut dan sempat marak penebangan liar.
“Sosialisasi dan simulasi tanggap bencana harus sering dilakukan, agar korban dapat diminimalisir” kata Karding.
Kabupaten Magelang khusunya Kecamatan Sawangan juga dinilai sebagai jalur kategori rawan bencana tanah longsor. Terdapat banyak titik rekahan tanah yang tersebar di jalur tersebut, akan menjadi longsor jika dipicu curah hujan yang tinggi. Namun hujan pun bisa terjadi longsor jika rekahan telah kritis yang diduga akibat pohon-pohon berakar serabut seperi pohon bambu serta vegetasi yang ditanah terlalu rapat. Akibatnya, beberapa kali kejadian tanah longsor, banyak pohon bambu dan pohon akar serabut lainnya yang tumbang, hingga menutup akses jalan dan menimpa rumah yang juga mengakibatkan terputusnya akses lalu lintas jalur Magelang-Boyolali.
Kabupaten Temanggung, dalam catatan Karding, pada April 2016 juga sempat mengalami longsor yang menutup akses jalan satu-satunya Dusun Tlogowungu, hingga kendaraan roda 4 maupun 2 tidak bisa lewat.
Karding mengingatkan, bencana alam, ibarat bom waktu, bisa meledak kapan saja, namun juga bisa diantisipasi ataupun dihentikan dengan cara memotong kabel pemicunya. Pemerintah dan masyarakat harus bekerjasama. “Selain soal tanggap bencana, juga mengubah perilaku, kegiatan merusak alam yang dapat memicu longsor dan banjir harus dihindari. Termasuk soal penambangan yang tidak tepat,” ujar Karding
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.