Mario Balita Gizi Buruk Ingin Berjalan dan Bicara
Mario Karang (4,4) divonis sebagai satu dari 46 balita gizi buruk di Kota Kupang. Berat badannya terus melorot. Bahkan, Mario juga diketahui bisu, tu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mario Karang (4,4) divonis sebagai satu dari 46 balita gizi buruk di Kota Kupang. Berat badannya terus melorot. Bahkan, Mario juga diketahui bisu, tuli dan tak bisa berdiri seperti anak-anak lain seusianya.
Pos Kupang pada Jumat (24/2/2017) petang menyambangi rumah Mario yang terletak di Kampung Amanuban, RT 14/RW 03, Kelurahan Oebufu, Kota Kupang.
Jarak rumah Mario dengan Kantor Walikota Kupang dan Dinas Kesehatan Kota Kupang diperkirakan hanya sejauh lima kilometer. Sedangkan dari Kantor Gubernur NTT tidak sampai satu kilometer.
Saat ditemui, Mario disandarkan ke tembol saat bermain bersama adiknya, Leonardus di ruang tengah rumahnya. Jika tidak disandarkan, Mario akan terjatuh. Katrina Ruing (31), ibu kandung Mario, duduk tak jauh dari Mario dan Leonardus untuk mengawasi kedua anaknya itu.
Mata kiri Mario terlihat tak bisa terbuka, sedangkan mata kanannya tak bisa terbuka penuh. Kedua kakinya sangat kecil, begitupun badannya. Sesekali dia tertawa, tetapi terkadang diikuti tangisan.
Menurut Katrina, saat lahir berat badan Mario normal, namun berangsur-angsur turun dratis hingga 'divonis' menderita gizi buruk. Kondisi itulah yang menyebabkan Mario terus mendapat pengawasan dan penanganan oleh kader Posyandu dan Puskesmas Oepoi.
Ketika berusia setahun lanjut Katrina, mereka baru mengetahui Mario tidak bisa bicara. Bahkan diagnosa dokter di Rumah Sakit Kota Kupang menyebutkan Mario tidak bisa berjalan karena tumpuan kaki tidak kuat.
"Dia sering ketawa saat bermain sendiri. Kalau dia menangis dikasih minum atau makan dan dia diam. Mario tidak bisa berdiri karena kata dokter, tumpuan kakinya tidak kuat. Mata Mario juga hanya bisa lihat sebelah," kata Katrina.
Ditanya makanan sehari-hari, Katrina menyebutkan, Mario makan nasi dan sayur. Namun tidak diketahui mengapa berat badan Mario tidak bertambah. Pada bulan Januari lalu, berat badan Mario sekitar 7 kg lebih.
Pada bulan Oktober 2017 mendatang, Mario berusia 5 tahun. Namun, kondisinya tidak berubah banyak. Selain itu, Mario juga tidak bisa mendapat bantuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa susu dan biskuit lagi. Sebab bantuan itu hanya diperuntukan bagi pasien gizi buruk yang berusia balita 0-5 tahun.
"Beberapa bulan terakhir ini, Mario juga tidak bisa lagi minum PMT Asi berupa susu karena saat minum susu itu, Mario langsung diare atau mencret. Saya sudah lapor ke kader posyandu ibu Neno," aku Katrina.
Katrina mengatakan, meski Mario tidak bisa bertumbuh seperti anak normal lainnya, namun dia dan suaminya, Paulus Karang, punya harapan dan keinginan melihat Mario bertumbuh lebih baik daripada kondisinya saat ini. Katrina sangat berharap Mario dapat berjalan.
"Saya berharap sekali agar Mario bisa berjalan seperti kakaknya Bernadete, Rey dan adiknya, Leonardus. Itu kerinduan kami," kata Katrina sambil mengusap air matanya.
Paulus Karang, ayah Mario mengungkapkan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dia bekerja sebagai tukang ojek di pertigaan Oebufu. Setiap hari dia bekerja dari jam 06.00 Wita hingga jam 21.00 Wita. "Siang harui saya pulang untuk makan lalu bekerja lagi, kalau ramai sampai jam 9 malam. Penghasilan saya hanya Rp 30.000 - Rp 40.000 per hari," kata Paulus yang mengaku tidak bisa menabung.
Paulus berharap Mario bisa sembuh dan berjalan serta berbicara seperti anak lainnya. "Kami tidak tahu harus buat apa tapi kami akan terus berdoa dan berjuang untuk kesembuhan Mario," kata Paulus.
Kades Posyandu Lontar 6, Yuliana Neno Tek mengatakan, penghentian pemberian PMT Asi berupa susu kepada Mario sejak beberapa bulan lalu.
"Karena saat minum susu, Mario mencret jadi saya konsultasi dengan ibu Feby di Puskesmas Oepoi, dan ibu Febby bilang untuk sementara hentikan dulu. Saya menduga mungkin bagian perut Mario yang terganggu," kata Neno, Jumat sore.
Menurut Neno, posyandu sudah menangani Mario sejak tahun 2012 sebagai balita gizi buruk. Lalu hal ini dilaporkan ke Puskesmas Oepoi untuk penanganan lanjutan. Neno berharap agar pemerintah bisa memperhatikan kondisi Mario dengan melakukan penanganan lanjutan.
Jika selama ini diintervensi pemerintah kepada Mario hanyalah pemberian PMT Asi berupa susu dan biskuit, kedepan, diharapkan bis alebih dari itu. "Semoga pemerintah bisa menyembuhkan cacat bawaan yang dialami Mario," kata Neno.(*)