Ratusan Ekor Babi Mati Mendadak di Sumba Timur
Suhu tubuh ternak mengalami panas tinggi dan nafsu makan berkurang dan ternak mau makan, malas bergerak
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS,COM, WAINGAPU - Sejak satu bulan terkahir ratusan ekor ternak babi milik warga di Waingapu, Sumba Timur mati mendadak.
Hingga saat ini peternak belum mengetahui jenis penyakit yang menyebabkan hewan peliharaan mati mendadak.
Kepada Pos Kupang di Padadita, Kelurahan Prailiu, Kecamatan Kambera, Sumba Timur, Gusti Hanggar (32), mengatakan dari 10 ekor ternak babi yang dipeliharanya selama ini tinggal tiga ekor.
"Tinggal tiga ekor lagi, yang lain mati semua. Sampai sekarang kita juga belum tahu jenis penyakit apa?" katanya.
Penyakit yang menyerang ternak babi miliknya itu, lanjut Hanggar, mengakibatkan kerugian hingga belasan juta dalam kurun waktu satu bulan.
Pasalnya rata-rata ternak babi miliknya yang mati diprediksi bisa dijual seharga Rp 4 juta per ekor.
Ciri-ciri penyakit yang menyerang ternak babi di daerah itu antara lain, kata Hanggar, suhu tubuh ternak mengalami panas tinggi dan nafsu makan berkurang dan ternak mau makan, malas bergerak.
"Babi itu menggigil terus tidak bisa bergerak dan paling lama empat hari pasti mati," jelasnya.
Dia mengaku telah melaporkan masalah itu kepada dinas peternakan setempat, sebelumnya telah dikasih tahu. Petugas dinas peternakan sudah melakukan vaksinasi, namun hasilnya tidak ada perubahan. Ternak babi miliknya tetap mati setelah divaksin petugas dari dinas peternakan.
"Sempat petugas dinas peternak datang untuk suntik tapi tetap saja mati. Mereka bilang ini virus tapi tidak tahu apa jenis virus," terang Hanggar.
Lanjutnya, tidak ada sampel yang diambil oleh petugas dinas peternakan untuk dilakukan uji laboratorium. Jadi sampai sekarang kita tidak bisa tahu ini jenis penyakit atau virus apa yang menyerang.
Dia menambahkan, hingga saat ini ternak babi milik warga yang mati di daerah itu bisa mencapai ratusan ekor. Pasalnya hampir seluruh pemilik ternak babi di wilayah itu mengeluhkan persoalan yang sama.
"Bukan hanya di Padadita (Kelurhan Prailiu, Kecamatan kambera,red) sini saja. Kita punya keluarga yang di kampung-kampung itu juga mengeluh babinya mati. Ratusan bisa sampai ribuan ekor yang sudah mati di seluruh Sumba Timur," kata Hanggar. (jet)