Cerita Ersa Petugas ATC, Tidur di Tower Hingga Salah Panggil Pesawat
Menjadi pengatur lalu lintas pesawat di bandara atau Air Traffic Controller mungkin tak pernah ada dalam benak Ersa.
Penulis: Fahrizal Syam
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Timur Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Menjadi pengatur lalu lintas pesawat di bandara atau Air Traffic Controller mungkin tak pernah ada dalam benak Ersa.
Namun pada akhirnya, takdir menuntunnya untuk menjadi salah satu juru pemandu pesawat terbang.
Pemilik nama lengkap Ersa Tri Indahyani menjadi salah satu petugas yang bekerja di Airnav Indonesia Cabang Utama Makassar Air Traffic Service Center (MATSC).
Dara kelahiran Makassar, 30 Juni 1995 ini, setiap harinya selama delapan jam mengatur pesawat-pesawat yang akan mendarat maupun meninggalkan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar.
Ersa yang ditemui di sela kegiatannya menceritakan bahwa ia sama sekali tak pernah berpikir untuk bekerja di ATC. Ia memiliki cita-cita lain yakni menjadi seorang dokter.
Semua berawal saat ia lulus SMA. Ayahnya yang saat itu bekerja di Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan (ATKP) meminta Ersa melupakan cita-citanya sebagai dokter, dan lebih memilih untuk melanjutkan pendidikannya di ATKP Maros.
"Dulu saya sama sekali tidak tahu dan tidak tertarik dengan dunia penerbangan, karena cita-cita saya menjadi dokter. Tapi ayah saya mengarahkan untuk ke ATKP," ujar Ersa.
Singkat cerita, Ersa lalu menamatkan pendidikannya selama tiga tahun di ATKP. Lalu setelah itu, ia mencoba mendaftar di Airnav Makassar, dan setelah melalui proses seleksi, Ersa diterima sebagai petugas ATC.
Meski baru empat bulan bekerja di ATC, alumni MAN 3 Makassar ini mengaku telah memiliki banyak pengalaman, termasuk suka duka menjadi Air Trafic Controller.
"Asiknya itu kita bisa ngobrol sama pilot pesawat dari semua maskapai, meski bukan ngobrol santai, tapi menurut saya itu sangat menyenangkan, saya bangga," ujarnya.
Meski demikian, dalam menjalankan tugasnya, Ersa juga kerap mendapat pengalaman yang kurang menyenangkan, termasuk menerima keluhan dari para pilot. Pilot sering mengeluh ke petugas ATC apalagi di jam sibuk.
"Yang kadang tidak menyenangkan itu ketika dapat tekanan dari pilot, misalnya ketika pilot pesawat minta cepat-cepat direspon, minta pushback, taxi atau takeoff, tapi mental kita harus kuat. Kita harus menyampaikan secara baik ke pilot," kata dia.
Ersa mengatakan, para ATC selain kemampuan berbahasa Inggris, juga dituntut untuk memiliki respon yang baik. Mereka harus merespon dan mengambil keputusan paling lambat tiga detik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.