Keharuan Guru Rosidah Melihat Dua Murid Gendong Adiknya di Kelas
Boisman Gori masih cukup belia, acapkali masuk ke kelas ia menggendong adiknya. Sesekali ia menciumi kepala si adik agar tak rewel.
Penulis: Jefri Susetio
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Medan, Jefri Susetio
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN – Boisman Gori masih cukup belia, acapkali masuk ke kelas ia menggendong adiknya. Sesekali ia menciumi kepala si adik agar tak rewel.
Baru duduk di kelas lima sekolah dasar, Gori tinggal di Puncak Lolomatua, dataran tertinggi di Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
Keseharian Gori begitu menyentuh Indri Rosidah. Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang sedang mengikuti program Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) ini tak menyangka perjuangan bocah di pelosok seperti Gori.
"Saat saya mengajar, dia (Gori) selalu memeluk dan mencium kepala adiknya,” cerita Rosidah kepada www.tribun-medan.com, Selasa (2/5/2017).
Awal kali menginjakkan kaki untuk mengajar di Puncak Lolomatua, perempuan asal Bandung ini terharu, menemukan Gori-Gori lainnya.
Di antara muridnya ada Latina Ndruru. Bocah perempuan ini juga kerap membawa adik bungsunya ke sekolah. Latina anak ketiga dari tujuh bersaudara, kehidupan orangtuanya cukup memperihatinkan.
“Lantai rumah orangtuanya Latina masih tanah. Artinya, tidak gunakan semen sebagaimana rumah kebanyakan orang. Kemudian dinding rumahnya masih tepas, beratap rumbia dan rumah mereka paling dekat dengan sekolah ini,” kata Rosidah.
Dibandingkan Latina, rumah Gori lebik bagus, berlantai semen dan beratap seng. Gori dan Latina membawa adik mereka ke sekolah bila kedua orangtua mereka ke ladang untuk menyadap getah ataupun pergi ke pasar.
"Anaknya penuh kesadaran, dan tabah hidup dalam keadaan serba kekurangan. Saya terkesima melihat kondisi siswa-siswi di sini,” ia menambahkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.