Batu Purba Bermunculan Pasca Banjir Warga Jadikan Pembatas Jalan
Sejumlah bebatuan purba naik ke permukaan terangkat oleh banjir yang menerjang Banjarnegara akhir tahun lalu.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Warga Dusun Bitingan, Desa Kepakisan Batur, Banjarnegara terkejut dengan penemuan bebatuan purba di lahan petani.
Lahan miring milik warga Dusun Bitingan, Ahmad Rojab, porak poranda akibat tergerus banjir pada akhir 2016 lalu. Gara-garanya, talut kolam penampungan milik PT Geo Dipa Energi Dieng jebol sehingga air kolam membanjiri lahan pertanian warga di bawahnya.
Pasca longsor, lahan yang sebelumnya ditanami kentang itu berubah terjal. Material bebatuan dalam tanah naik ke permukaan.
Anehnya, sebagian bebatuan yang sebelumnya terkubur itu berbeda bentuk dengan batu alam di sekitarnya. Bebatuan yang sebagian besar berbentuk balok itu terpahat rapi menyerupai batu penyusun candi.
"Jika lahan saya tidak longsor, saya tidak tahu di dalamnya ada batu purba," ungkap Rojab kepada Tribun Jateng pada Kamis (4/5/2017).
Penemuan itu menguatkan keyakinan Rojab selama ini, ada jejak peradaban kuno yang terkubur di wilayahnya.
Warga sebelum ini juga pernah menemukan arca yang telah patah saat menggali akses jalan baru menuju Kabupaten Batang. Posisi jalan itu persis di sebelah lahan miliknya.
"Mungkin jika mau digali lagi, masih ada yang terkubur," ia menambahkan.
Sayangnya, sebagian bebatuan purba hancur dan hanyut diterjang banjir saat tanggul kolam Geo Dipa jebol. Bebatuan berbentuk unik itu jadi rebutan sejumlah warga.
Muhsidin, warga Dusun Bitingan enggan ketinggalan. Ia bersama warga lain memunguti bebatuan langka itu dan memboyongnya ke rumah.
Ia meyakini bebatuan dengan bentuk dan motif beragam itu adalah peninggalan nenek moyang. "Zaman dulu kok bisa buat ukiran kayak gini, saya yakin ini yang membuat bukan manusia," ucap dia.
Bebatuan merah yang ditemukan Muhsidin sebagian berbentuk balok menyerupai bata berukuran 20x40 sentimeter. Ada juga batu menyerupai kaki candi berukir bunga teratai.
Muhsidin belakangan bingung akan mempergunakan batu keras itu untuk apa. Bebatuan itu akhirnya hanya ia tumpuk di halaman rumah.
Daripada tak terpakai, dua batu balok di antaranya ia jejer di dapur untuk tungku kayu. "Batunya sangat keras dan berat, cocok kalau dibuat tungku," ungkap dia.
Baidi, warga RT 4 RW 3, Dusun Bitingan, juga turut mengoleksi bebatuan unik itu di rumah. Ia memiliki koleksi bebatuan dengan bentuk dan motif ukiran yang lebih beragam.
Di antara bebatuan miliknya terdapat batu balok dengan motif teratai. Ada yang berukir menyerupai bunga melati, serta motif garis.
Berbeda dengan Muhsidin yang memanfaatkan batu itu untuk tungku, Baidi mempergunakan batu temuannya untuk pembatas jalan di depan rumah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.