Tanjakan Sipacet, Jalur Ekstrem Dilalui Petani Simego untuk ke Banjarnegara
Seperti apa Tanjakan Sipacet menjadi yang menjadi akses penghubung antara Desa Simego, Petungkriyono, Pekalongan, ke Banjarnegara?
Editor: Y Gustaman
Jalur dari Simego ke pasar terdekat di Petungkriyono yang berjarak 36 kilometer pun tak terbilang mulus.
Di beberapa lokasi terdapat jalur pengerasan tepat di pendakian dengan tikungan tajam hingga jembatan darurat yang terbuat dari kayu.
Baik jalur ke Petungkriyono atau ke Kalibening, keduanya terbilang sempit. Kendaraan roda empat tidak bisa melaju apabila bertemu dengan kendaraan roda empat dari arah berlawanan. Satu mobil harus mengalah dan memepetkan kendaraannya ke tebing atau jurang agar kendaraan dari arah sebaliknya bisa melaju.
Hal itu yang membuat warga Simego, desa tertinggi di Kabupaten Pekalongan, memilih menjual hasil kebunnya di luar kabupatennya.
"Akses ke Kalibening lebih dekat, cuma kendalanya satu: jalannya rusak melebihi kata parah," kata dia.
Sulitnya akses ke desa tersebut membuat harga kebutuhan warga terbilang mahal. Untuk satu tabung elpiji tiga kilogram warga harus membayar Rp 25 ribu, jauh lebih mahal dari harga resmi yang ditentukan oleh pemerintah, Rp 14.500.
"Kebutuhan warga memang jauh lebih mahal karena akses jalan yang sulit. Butuh perjuangan ekstra untuk sampai di desa ini," kata dia.
Kunjungan Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi, ke desa itu pun dimanfaatkan warga untuk menyampaikan keluhan terkait jalur Sipacet.
Meski bukan masuk wilayahnya, Asip berjanji agar jalur tersebut segera diperbaiki.
"Itu masuk ke Banjarnegara, tapi saya berjanji akan segera berkoordinasi dengan Pemkab Banjarnegara. Kebetulan Bupati terpilih itu kawan dekat saya," kata Asip.
Koordinasi yang dimaksud Asip pun bukan sekedar meminta Pemkab Banjarnegara untuk memperbaiki jalur itu.
"Kami akan tekankan ke Pemkab Banjarnegara agar jalur itu masuk prioritas perbaikan. Akan saya kawal terus nanti setelah ada MoU untuk perbaikan jalur itu," kata Asip.