Jelang Ramadan, Kampung Langenastran Gelar Lomba Masak Apem
Menyambut Ramadan, Kampung Wisata Budaya Langenastran, Yogyakarta, menggelar lomba membuat apem, kolak dan ketan. Ini agenda lengkapnya.
Penulis: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Menyambut Ramadan, Kampung Wisata Budaya Langenastran, Yogyakarta, menggelar lomba membuat apem, kolak dan ketan.
Kegiatan bertajuk “Ruwan Gumregah 2017” ini merupakan kegiatan rutin dalam rangka memelihara dan melestarikan tradisi budaya Jawa. Acara ini digelar akhir pekan, 20-21 Mei 2017, berpusat di Jalan Langenastran Kidul, Yogyakarta.
Kegiatan ini merupakan realisasi dari diresmikannya Langenastran sebagai Kampung Wisata Budaya Yogyakarta pada Sabtu (3/9/2016).
Sebelum ini, Kampung yang terdiri dari wilayah Langensuryo, Langenastran Lor, Langenastran Kidul, Langenarjan Lor dan Langenarjan Kidul, juga telah mengadakan diskusi batik bersama Ibu Paku Alam X (September 2016), “Festival Batik & Bathok 2016” (Oktober 2016), dan juga peluncuran buku “Sejarah dan Asal Usul Kampung Langenastran & Langenarjan” pada April 2017. Buku tersebut terbitan Galangpress yang ditulis oleh Bambang Yudhoyono.
Baca: Berita Foto Festival Batik & Batok Night di Kampung Wisata Budaya Langenastran
Baca: GKBRAY A Paku Alam X: Langenastran Bisa Ditiru Kampung-kampung di Yogyakarta
Dalam penjelasannya kepada Tribunnews.com, Kamis (18/5/2017), humas Payuguban Kampung Langenastran, DR Y Sri Susilo SE MSi mengatakan, selain lomba memasak dalam acara “Ruwah Gumregah 2017” juga akan digelar pameran serta sarasehan Tosan Aji dan Batu Permata Lokal, Jemparingan (Panahan Tradisional) serta Bazar Produk Kerajinan dan Maknan Tradisional.
Tradisi Jemparingan yang dikoordinatori Tryanto merupakan budaya panahan tradisional yang telah merebut hati banyak peminat dan bahkan telah diadakan beberapa kali lomba.
“Kampung Langenastran & Langenarjan yang terletak di dalam Beteng Keraton Yogyakarta dan di sebelah timur Alun-Alun Kidul memiliki potensi yang layak diangkat untuk mewujudkan kampung ini sebagai destinasi wisata. Potensi termaksud adalah bangunan tradisional kuno atau heritage, jemparingan (panahan tradisional), kegiatan seni dan budaya (tarian tradisional dan karawitan), rumah inap (homestay), warung kuliner, toko batik dan kerajinan dan sebagainya,” ujar Sri Susilo.
Ketua Panitia Baskoro Sukamto, SE menjelaskan. “Hari Sabtu (20/5/2017) acara berlangsung mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB, sedangkan hari Minggu (21/5/2017) berlangsung mulai pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB”.
Sementara itu, Ketua Panitia “Ruwah Gumregah 2017”, Baskoro Sukamto SE, mengatakan berdasarkan kalendar Jawa sebulan sebelum masuki masa Puasa, masyarakat Jawa memasuki bulan Ruwah (Ngluru Arwah) yang terkait dengan tradisi berziarah ke makam para leluhur atau nyadran.
Dalam nyadran, masyarakat Jawa mempunyai kewajiban membersihkan serta menabur bunga pada makam para leluhur.
“Menu makanan yang dipersiapkan dalam acara nyadran biasanya berupa nasi gurih lengkap dengan lauknya. Sebagai sesaji, terdapat makanan khas yaitu ketan, kolak dan apem. Ketiga makanan ini dipercaya memiliki makna khusus. Ketan merupakan lambang kesalahan (khotan), kolak adalah lambang kebenaran (kolado) dan apem sebagai simbol permintaan maaf (ngapura),” kata Baskoro.
"Dengan demikian tradisi Nyadran dengan membuat ketan, kolak dan apem sebagai tradisi yang harus dilestarikan,” ia menambahkan penjelasannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.