Begini Awal Mula Tragedi Tenggelamnya Enam Santri Ponpes Mambaus Sholihin
Saat memasuki area telaga bekas galian tambang kapur, salah satu kelompok mulai candaan dengan berlari menuju telaga
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, GRESIK - Enam orang santri Ponpes Mambaus Sholihin tewas tenggelam saat mengikuti kegiatan outbond pasca melaksanakan ujian Sekolah, Kamis (18/5/2017).
Kepala Bagian Media Ponpes Mambaus Sholihin, Abdul Rohim (30) menceritakan peristiwa yang sungguh memilukan itu, Jumat (19/5/2017).
Awalnya saat diadakannya kegiatan outbond yang diselenggarakan oleh pihak panitia ponpes.
Kegiatan tersebut diikuti 267 santri kelas IX, setelah mereka usai mengikuti ujian sekolah.
Sebelum berangkat, panitia telah menempatkan sejumlah pos termasuk pos kedua yang berada di kompleks pesantren.
“Dari kedua pos itu, kami juga menyediakan pos ketiga yang berada di luar dan berdekatan dengan pesantren,” ujarnya seperti dilansir dari Humas Polres Gresik.
Setelah semua santri berangkat, dari 267 santri itu dibagi beberapa kelompok dengan diawasi 48 orang pengawas.
Setiap kelompok terdiri dari 14 orang diawasi 5 orang.
Saat memasuki area telaga bekas galian tambang kapur, salah satu kelompok mulai candaan dengan berlari menuju telaga.
Pihak pun pengawas memerintahkan kepada kelompok tersebut untuk duduk.
Namun, ada satu santri yang bandel dan malah turun ke telaga, dan diikuti tiga santri.
"Empat anak yang bercanda itulah yang menjadi korban pertama karena terlanjur turun ke telaga yang dalam, padalah tidak ada satupun dari merka yang bisa berenang," katanya.
Saat mereka turun, 14 santri lainnya malah berlari.
"Bahkan, ada empat santri ke tengah selanjutnya tenggelam dan tidak bisa berenang,” kata Abdul Rohim.
Mengetahui ada temannya yang tenggelam.
Dua santri lainnya berusaha menolong, namun sayang keduanya juga sama-sama tidak bisa berenang dan akhirnya ikut tenggelam.
Dua santri yang melihat kejadian itu, berusaha lari untuk melapor kepada sejumlah pengawas.
Mereka langsung turun untuk menyelamatkan 6 santri tersebut dan dibawa ke RSUD Ibnu Sani.
“Setelah berhasil diselamatkan ke-enam korban sempat dilarikan ke klinik kesehatan pesantren. Namun, karena kritis akhirnya dibawa ke RSUD Ibnu Sina, tapi dalam perjalanan sudah dinyatakan meninggal dunia,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut biasanya dilakukan bekerjasama dengan Polsek maupun Koramil.
Namun, karena ingin memperdayakan SDM santri akhirnya menggunakan pramuka ponpes.
“Kegiatan outbond merupakan acara rutin bagi kelas IX usai menjalani ujian. Sebab, lusa mereka akan diwisuda,” tuturnya.
Enam santri yang meninggal dunia dalam kejadian itu adalah Saripudin Zuhri (15) asal Dlanjuk, Cepu, Blora, Sholahuddin Ahmad (15), asal Gebang Putih, Sukolilo, Surabaya, Ahmad Syafii (15) asal Babat, Lamongan, Abdul Rohman (15), asal Tambak Asri, Surabaya, Yosar Ahmad Nurdiansyah (15) warga asal Jalan Raya Pancawarna IIB/AB Petiken, Driyorejo, Gresik, dan Royi Amanullah Rusydi (15) asal Gang Lebar, Wonocolo Surabaya.
“Kejadian ini merupakan musibah yang tidak diinginkan,” ungkap Abdul.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.