Ternyata Ini Putri Tunggal Mbah Fanani, lalu Siapa yang Dulu Menjemputnya ke Indramayu?
- Penjemputan Mbah Fanani dari ruang pertapaannya oleh orang tak dikenal, sebulan lalu, membuat warga Dieng Kulon merasa kehilangan.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Penjemputan Mbah Fanani dari ruang pertapaannya oleh orang tak dikenal, sebulan lalu, membuat warga Dieng Kulon merasa kehilangan.
Di sisi lain, kejadian itu melahirkan hikmah positif bagi warga.
Kepala Desa Dieng Kulon, Slamet Budiono mengatakan, pasca kejadian itu, warga berusaha menelusuri silsilah keluarga Mbah Fanani yang selama ini tak diketahui mereka.
Pasalnya, selama ini, banyak yang mengaku sebagai pihak keluarga, termasuk kelompok yang menjemput Mbah Fanani kala itu.
Sedangkan Mbah Fanani tak pernah bisa diajak komunikasi untuk ditanya perihal tersebut.
"Silaturahim warga dengan keluarga Mbah Fanani jadi tersambung. Kami jadi tahu siapa keluarga Mbah Fanani sebenarnya. Sebelumnya memang banyak yang mengaku-ngaku," katanya, Selasa (23/5/2017).
Meski kehadirannya dirindukan, kata Slamet, tidak ada penyambutan istimewa terhadap kedatangan Mbah Fanani di Dieng.
Tenda tempat bertapa Mbah Fanani di Dieng Kulon Banjarnegara (Tribun Jateng/Khoirul Muzaki)
Tenda lusuh Mbah Fanani dibiarkan apa adanya. Tidak ada fasilitas baru di dalam tenda.
Mbah Fanani kembali masuk ke tenda dengan hanya berbalut sarung hitam.
Maryam membenarkan ayahnya telah lama pergi meninggalkan kediamannya yang ia yakini demi mengemban tugas mulia dari Allah dengan cara bertapa (uzlah).
Keluarga pun telah ikhlas dan ridho atas kepergian Mbah Fanani dari ponpes dan kediaman.
Nyai Maryam menegaskan, penjemputan Mbah Fanani oleh orang yang mengaku keluarga dari tempat semedinya di Dieng di luar pengetahuan dan tanggung jawab dia sebagai putri tunggal serta keluarga besar Mbah Fanani.
Ia juga tidak pernah memberikan izin atau menyuruh orang untuk melakukan penjemputan tersebut.
Surat pernyataan itu dibuat untuk menghindari fitnah yang ditujukan kepada keluarga Kyai Ahmad Fanani serta keluarga besar Ponpes Jatisari.
Melalui surat pernyataan itu, keluarga berharap masalah itu cepat selesai serta tidak menimbulkan perpecahan umat. (*)